Reporter: Nina Dwiantika | Editor: Havid Vebri
JAKARTA. Kondisi perekonomian Indonesia yang tengah lesu membuat bisnis ritel pilu. Untuk menyiasati kondisi pasar ini, peritel PT Modern Internasional Tbk akan merevisi target bisnisnya. Tak semata-mata karena daya beli turun, pemegang merek 7-Eleven ini ingin menurunkan target karena tak boleh lagi menjual minuman beralkohol.
Tina Novita, Investor Relation Manager PT Modern Internasional bilang, rencana penurunan target bisnis tahun ini mereka lakukan untuk menyesuaikan dengan kondisi pasar yang lesu. "Saat ini kami dalam proses merevisi target; masih dalam pembicaraan tim manajemen," kata Tina kepada KONTAN, Jumat (25/9).
Perlu diketahui, sampai paruh pertama tahun ini, Modern Internasional membukukan penurunan penjualan 11,39% menjadi Rp 622,53 miliar. Adapun pada periode yang sama tahun 2014 lalu, penjualan Modern Internasional tercatat Rp 702,75 miliar.
Tak hanya penjualan yang turun, laba perusahaan ini juga susut 52,77% menjadi
Rp 15,11 miliar hingga semester I-2105. Adapun laba periode yang sama tahun lalu tercatat mencapai Rp 32,01 miliar.
Salah satu penyebab penurunan penjualan Modern Internasional ini adalah karena mereka tak boleh lagi menjual minuman beralkohol. Seperti kita ketahui, mulai 16 April 2015, pemerintah melarang penjualan minuman beralkohol di gerai ritel modern.
Penurunan penjualan minuman beralkohol ini merambat ke penurunan penjualan produk pendukung seperti cemilan. Maklum, pelanggan minuman beralkohol sering membeli minuman berikut dengan aneka cemilan.
Agar penjualan tak terus melorot lebih dalam, manajemen Modern Internasional saat ini berusaha menggenjot penjualan makanan dan minuman segar.
Evaluasi gerai
Agar lebih banyak menjangkau konsumen, manajemen Modern Internasional ingin terus memperluas jaringan bisnisnya. Namun, beda dengan target tahun-tahun terdahulu, gerai kali ini lebih mini. Modern juga memilih lokasi berdekatan dengan pusat perkantoran, apartemen, pusat belanja, serta pusat kerumunan massa seperti stasiun kereta api.
Modern Internasional juga mengkaji ulang gerai mereka yang berkinerja buruk. "Kami juga akan review underperforming seperti relokasi atau penutupan gerai," tambah Tina tanpa menyuguhkan detail berapa jumlah gerai yang akan di-review tersebut.
Sebagai gambaran, sepanjang tahun 2015, Modern telah membuka 15 gerai. Adapun nilai investasi yang mereka gelontorkan sekitar Rp 2 miliar–Rp 3 miliar per gerai, menyesuaikan lokasi.
Selain menambah gerai, bekerjasama dengan Credit Saison Co Ltd, Modern Internasional mendirikan perusahaan patungan bernama PT Saison Modern Finance. Perusahaan patungan ini akan terjun di bisnis pembiayaan.
Dengan modal Rp 100 miliar, perusahaan patungan ini akan membantu pengembangan usaha 7-Eleven yang dijalankan anak usaha MDRN yaitu, PT Modern Sevel Indonesia. Fasilitas pembiayaan dari usaha baru ini akan mendukung terwaralaba 7-Eleven.
Manajemen perusahaan berkode saham MDRN di Bursa Efek Indonesia (BEI) ini juga berupaya menambah fitur layanan transaksi keuangan elektronik seperti penjualan pulsa, token listrik, penjualan tiket konser, tiket pesawat, dan voucher hotel.
Sampai Juni 2015, porsi penjualan dari gerai 7-Eleven mendominasi penghasilan MDRN, yakni Rp 282,5 miliar. Sementara produk industrial Rp 43,3 miliar, produk fotografi sebesar Rp 62,8 miliar dan lain lain Rp 5,3 miliar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News