kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.543.000   4.000   0,26%
  • USD/IDR 15.839   -99,00   -0,63%
  • IDX 7.462   -30,39   -0,41%
  • KOMPAS100 1.155   -4,60   -0,40%
  • LQ45 914   -6,43   -0,70%
  • ISSI 227   0,61   0,27%
  • IDX30 470   -4,56   -0,96%
  • IDXHIDIV20 567   -5,69   -0,99%
  • IDX80 132   -0,48   -0,36%
  • IDXV30 141   0,34   0,24%
  • IDXQ30 157   -1,24   -0,78%

Rupiah bikin bisnis ritel tersendat


Kamis, 26 Maret 2015 / 10:50 WIB
Rupiah bikin bisnis ritel tersendat
ILUSTRASI. Impor kosmetik, sepeda, jam tangan, dan besi baja masuk jenis barang yang kena tarif most favored nation. KONTAN/Fransiskus Simbolon


Reporter: Febrina Ratna Iskana | Editor: Markus Sumartomjon

JAKARTA. Efek rupiah yang masih terkapar membuat laju bisnis ritel di kuartal satu tahun ini agak terganjal. Meski begitu, para peritel masih optimistis pertumbuhan bisnis ritel sampai akhir tahun ini masih bisa tumbuh. 

Satria Hamid Ahmadi, Head of Corporate Affairs PT Trans Ritel Indonesia sekaligus merangkap Wakil Sekretaris Jenderal (Sekjen) Asosiai Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) menargetkan  bisnis ritel tahun ini tidak akan mengalami pertumbuhan cukup tinggi. Beberapa kebijakan pemerintah awal 2015, seperti kenaikan bahan bakar minyak (BBM) dan listrik, membuat daya beli masyarakat turun. "Bisnis ritel tahun ini bisa tumbuh maksimal 10% saja sudah bagus," kata dia kepada KONTAN Rabu (25/3).

Kenaikan BBM ini membuat ongkos produksi dan transportasi jadi membengkak. Kondisi ini tidak cuma berlaku di industri ritel saja tapi juga yang lain. 
Aprindo pun menyarankan pemerintah bisa memperbaiki kondisi makro ekonomi supaya industri ritel tanah air tetap bisa tumbuh positif. "Kami sebagai pelaku usaha tetap optimistis, namun yang terukur. Terukur dalam artian indikator ekonomi marko harus terus digenjot," ujarnya. 

Matahari optimistis

Direktur Komunikasi Korporasi PT Matahari Putra Prima Tbk (MPPA), Danny Konjongian mengakui, bisnis ritel di awal tahun ini sedikit mengalami perlambatan akibat efek rupiah. Meski begitu, ia mengklaim, sepanjang kuartal satu tahun ini bisnis ritel masih cukup bagus. "Yang membuat pembelian ritel konsumen melambat karena melihat nilai kurs sudah cukup tinggi sehingga mereka mengurangi pembelian," katanya.

Pasalnya, selain soal kondisi rupiah yang masih kurang suplemen, menurutnya, tidak ada hambatan lain dalam menjalankan bisnis ritel, khususnya di Matahari Puta Prima. Meski begitu, Danny masih belum mau menyebut proyeksi pertumbuhan penjualan kuartal I 2015  dan target penjualan yang diharapkan.  

Yang jelas, salah satu lini bisnis Grup Lippo ini melihat prospek ritel tahun ini masih positif. Terutama di kuartal II 2015. Peritel ini bakal mulai ekspansi bisnis. 
Bulan depan, Matahari Putra Prima akan membuka gerai anyar lagi dan bakal terus berlanjut hingga akhir tahun ini. Asal tahu saja, Matahari Putra Prima menargetkan membuka 13 gerai baru Hypermart dan enam gerai Foodmart. 

Dengan rencana bisnis ini, MPPA masih tetap menargetkan  pertumbuhan bisnis 20% dari target omzet 2014 yang sebesar Rp 14,7 triliun. Artinya, peritel ini menargetkan pendapatan Rp 17 triliun di akhir tahun ini.  

Meski begitu, Satria menyebut sejumlah peritel asing kelas kakap sudah bermunculan di pasar domestik sejak tahun lalu. Misalnya saja Central, Courts Asia, dan Ikea. "Ada juga Family Mart, Mini Stop, Sparks, serta Lulu yang baru akan masuk ke Indonesia," kata Satria.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×