kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45935,51   7,16   0.77%
  • EMAS1.335.000 1,06%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Rupiah lemah, berkah industri tekstil nasional


Senin, 25 Juni 2018 / 13:48 WIB
Rupiah lemah, berkah industri tekstil nasional
ILUSTRASI. Pabrik industri tekstil


Reporter: Eldo Christoffel Rafael | Editor: Sanny Cicilia

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Industri tekstil yang berorientasi pasar ekspor mendapatkan keuntungan dari melemahnya mata uang rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS). Eksportir pun terpacu untuk meningkatkan ekspor tahun ini.

Misalnya PT Sri Rejeki Isman Tbk. Perusahaan berkode saham SRIL di Bursa Efek Indonesia (BEI) ini berupaya mengambil peluang dengan lebih giat melakukan penetrasi pasar ekspor baru. "Penambahan produk baru dan tujuan ekspor kami tingkatkan," kata Presiden Direktur Sri Rejeki Isman, Iwan S. Lukminto, akhir pekan lalu.

Walau mendapat keuntungan dari melemahnya mata uang rupiah terhadap dollar AS, namun Iwan tidak dapat membeberkan lebih detail potensi keuntungan yang diperoleh Sri Rejeki Isman tahun ini.

Tahun 2017, penjualan ke pasar ekspor yang dibukukan Sri Rejeki Isman mencapai 53,5% dari total pendapatan perusahaan ini. Tahun ini, perusahaan itu menargetkan kontribusi ekspor naik menjadi 56%-58% dari total penjualan sepanjang tahun ini.

Perluas pasar

Tidak hanya Sri Rejeki Isman, perusahaan tekstil lain yang berorientasi pasar ekspor seperti PT Pan Brothers Tbk juga tidak ingin ketinggalan memanfaatkan peluang melemahnya mata uang rupiah terhadap dollar AS untuk mendongkrak kinerja mereka tahun ini.

Anne Patricia Sutanto, Wakil Presiden Direktur menilai dengan kondisi ini dampaknya memang akan positif bagi perusahaan ini. "Tetapi harapkan kami stabilitas nilai tukar dapat terjaga," kata Anne.

Selama ini, Pan Brothers telah mengekspor produknya ke banyak negara. Apalagi perusahaan ini telah memproduksi banyak brand seperti Uniqlo, Adidas, NorthFace, Lacoste, Salomon, Arcteryx, HnM, Express, dan lain sebagainya. "Kami juga tetap fokus mengembangkan brand lokal seperti Salt n Pepper, Zoe, dan Wastu," ujar Anne.

Sampai akhir tahun 2017, Pan Brothers memiliki kapasitas produksi 90 juta potong produk tekstil. Tahun ini akan ada peningkatan kapasitas sebesar 10%- 15%.

Untuk itu, Pan Brothers akan melakukan upgrade mesin dan digitalisasi sistem.  Melihat peluang pasar yang masih terbuka, Pan Brothers menargetkan pertumbuhan penjualan sekitar 15% dari realisasi tahun lalu yang senilai US$ 549,3 juta. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×