kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45899,81   -26,92   -2.90%
  • EMAS1.327.000 1,30%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Safeguard berlaku, industri keramik pacu produksi


Kamis, 13 Desember 2018 / 19:43 WIB
Safeguard berlaku, industri keramik pacu produksi


Reporter: Eldo Christoffel Rafael | Editor: Azis Husaini

KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Asosiasi Aneka Keramik Indonesia (Asaki) tahun depan memprediksi utilisasi produksi keramik nasional akan naik. Hal ini lewat penerapan bea masuk tindakan pengamanan (BMTP) terhadap impor produk ubin keramik.

Aturan ini tertuang dalam Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 119/PMK.010/2018 yang ditetapkan pada 19 September 2018 dan diundangkan pada 21 September 2018. Bea masuk tersebut mulai berlaku 12 Oktober 2018.

Bea masuk ini berlaku selama 3 tahun sejak tanggal berlakunya PMK tersebut dengan ketentuan besaran tarif sebesar 23% pada tahun pertama, 21% pada tahun kedua, dan 19% pada tahun ketiga.

Ketua Asosiasi Aneka Keramik Indonesia (Asaki) yang baru dilantik, Edy Suyanto, menjelaskan dengan penerapan safeguard tersebut maka anggota ASAKI akan memanfaatkan momentum dan berbenah.

"Safeguard tersebut berlaku tiga tahun. Nah sekarang perusahaan meningkatkan utilisasi dan bersiap untuk ekspansi kapasitas," kata Edy, Rabu (12/12).

Tahun ini rata-rata utilisasi produksi nasional mencapai 65%. Dan ditahun depan diperkirakan akan meningkat dari 70% sampai 75%. "Di tahun depan ada empat perusahaan yang akan ekspansi kapasitas produksi dan di semester dua bahkan sudah akan berjalan produksi isntalasi barunya," tambah Edy.

Empat perusahaan yang akan ekspansi di tahun depan akan menambah kapasitas produksi sebanyak 40 juta meter persegi. Dari data ASAKI kapasitas produksi nasional pada tahun 2018 sebesar 580 juta meter persegi. Sehingga tahun depan kapasitas akan menjadi 620 juta meter persegi.

Empat perusahaan yang ekspansi yakni PT Jui Shin Indonesia yang berlokasi di Sumatera Utara, PT Gemilang di Subang, Mulia group dan juga Arwana Citramulia Tbk.

"Kalau kapasitas tersebut naik dan produksi meningkat kita bisa kembali menjadi peringkat lima besar produsen keramik terbesar di dunia. Tahun 2017 lalu kita di posisi nomor sembilan dunia," kata Eddy.

Eddy yang juga Chief Operating Officer (COO) PT Arwana Citramulia Tbk menjelaskan tahun depan Arwana akan menambah kapasitas produksi di Pabrik Ogan Ilir, Sumatera Selatan sebanyak empat sampai lima juta meter persegi (m2). Saat ini kapasitas dari semua pabrik Arwana di Indonesia mencapai 57 juta m2 per tahun. "Arwana estimasi pendapatan tiap tahun naik naik double digit," paparnya.

Adapun tantangan terbesar industri keramik yang diperjuangkan ASAKI yakni dari harga gas. Edy meminta agar harga gas industri keramik bisa dapat diturunkan.

Sebelumnya pelaku industri keramik pernah meminta setidaknya harga gas antara di area Jawa Barat, Jawa Timur dan Sumatera Selatan bisa setara dan dapat diturunkan menjadi sekitar di kisaran US$ 7,2—US$ 7,5 per mmbtu. Sekarang perbedaan terjadi dimana Jawa Barat sekitar US$ 9,16 per mmbtu Jawa Timur US$ 7,98 per mmbtu dan Sumatra Selatan senilai US$9,3 per MMBTU.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×