Reporter: Dimas Andi | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Emiten produsen sawit, PT Sampoerna Agro Tbk (SGRO) berharap bisa memperbaiki kembali kinerja keuangannya selepas kuartal I-2024.
Sebagai catatan, penjualan SGRO berkurang 19,29% year on year (yoy) menjadi Rp 1,13 triliun pada kuartal I-2024. Namun, laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk SGRO tumbuh 31,63% yoy menjadi Rp 100,33 miliar.
Dari sisi operasional, realisasi produksi minyak kelapa sawit atau crude palm oil (CPO) SGRO turun 3% yoy menjadi 79.792 ton pada kuartal I-2024.
Head of Investor Relation Sampoerna Agro Stefanus Darmagiri menyampaikan, penurunan produksi CPO cukup mempengaruhi hasil penjualan SGRO dalam tiga bulan pertama tahun ini.
Di samping itu, harga jual rata-rata CPO SGRO juga turun 2% yoy pada kuartal pertama lalu. SGRO juga terdampak oleh normalisasi penjualan CPO, yang mana tren permintaan CPO tinggi sempat terjadi pada kuartal I-2023.
“Di sisi lain, penurunan biaya produksi pada kuartal I-2024 membuat kami masih mampu membukukan kenaikan laba bersih,” ujar dia, Jumat (10/5).
Baca Juga: Emiten CPO Sudah Merilis Kinerja Kuartal I 2024, Bagaimana Rekomendasi Sahamnya?
Stefanus berharap, produksi CPO SGRO dapat tumbuh lebih baik pada kuartal kedua dan kuartal ketiga 2024. Sebab, secara musiman produksi CPO nasional akan tumbuh lebih tinggi ketika memasuki semester kedua.
Adapun secara umum, SGRO menargetkan produksi CPO pada 2024 kurang lebih sama dengan capaian tahun sebelumnya. Mengutip laporan tahunan, SGRO mampu memproduksi CPO sebanyak 495.911 ton pada 2023.
Untuk mendongkrak produksi CPO, SGRO terus melanjutkan program-program seperti intensifikasi melalui kegiatan mekanisasi, penguatan sistem manajemen pengolahan air, serta peningkatan infrastruktur dan digitalisasi. Dengan begitu, SGRO bisa lebih mudah dalam melakukan monitoring dan efisiensi produksi di kebun.
“Harapannya upaya ini dapat meningkatkan kinerja operasional perusahaan pada tahun 2024 dan ke depannya,” tutur dia.
Terkait prospek harga CPO, Stefanus menilai, harga komoditas ini dipengaruhi oleh faktor fundamental seperti supply dan demand global, termasuk pergerakan harga minyak nabati lainnya dan harga minyak mentah dunia. Ini mengingat peran CPO sebagai salah satu sumber energi alternatif.
Seiring adanya implementasi program biodiesel B35 dan harga minyak mentah yang masih tinggi, diharapkan dapat memberi dampak positif terhadap harga CPO. Dengan demikian, kinerja SGRO secara tidak langsung terpapar dampak positif dari penguatan harga komoditas tersebut.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News