Reporter: Markus Sumartomdjon | Editor: Markus Sumartomjon
JAKARTA. Rupiah yang masih loyo rupanya tidak membuat pasar perkantoran ikut bergejolak. Soalnya, fluktuasi rupiah yang menyentuh Rp 12.000 per dollar AS sudah pernah dirasakan pebisnis ini beberapa tahun lalu.
Apalagi sebagian besar tarif sewa gedung perkantoran, terutama di luar pusat bisnis, memakai mata uang Garuda. Seperti di kawasan Puri Indah, sebagian TB Simatupang, hingga pinggiran Jakarta seperti Tangerang atau Serpong.
Beberapa pengembang seperti Alam Sutera malah belum berencana mengerek tarif sewa kantor termasuk harga jual kantor. Namun Intiland yang punya gedung perkantoran bertarif dollar AS masih mengkaji kemungkinan mengerek tarif harga jual maupun sewa.
Sedangkan berita dari liburan akhir tahun datang dari perhotelan. Bisa ditebak, pebisnis hotel mendapat berkah di akhir tahun ini. Tingkat okupansi hotel, terutama di daerah wisata seperti Bali dan Yogyakarta nyaris penuh.
Meski begitu, Grahawita Santika, pengelola jaringan hotel Santika dan Amaris pesimis, tingkat okupansi hotel di daerah wisata bisa fully booked. Soalnya, terkendala harga tiket akomodasi yang sudah selangit.
Ada lagi berita soal rencana Wijaya Karya terjun di bisnis pengelolaan air di daerah aliran sungai Brantas. Seperti apa informasi lengkapnya, silakan Anda membaca berita infrastruktur KONTAN di halaman 16 pagi ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News