kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,52%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Sarinah, Obama dan ingatan masa kecil


Rabu, 10 November 2010 / 17:46 WIB
Sarinah, Obama dan ingatan masa kecil
ILUSTRASI. Penawaran Umum Perdana Saham BRI Syariah


Reporter: Asnil Bambani Amri, Femi Adi Soempeno |

Barrack Obama, Presiden AS, menyebut nama 'Sarinah' ditengah pidatonya di Universitas Indonesia, Rabu (10/11). Ia mencatat Sarinah dalam ingatannya, saat ia mulai pindah ke Indonesia di usia enam tahun dan menghabiskan masa kecilnya hingga usia sepuluh tahun.

"Yang ada saat saya pindah ke Jakarta hanyalah Sarinah. Kini, bangunan itu menjadi bangunan yang terbilang pendek di sepanjang jalan itu," katanya.

Kehadiran Gedung Sarinah bersamaan dengan Hotel Indonesia di tahun 1962 merupakan cikal-bakal kawasan segitiga emas Jakarta; Sudirman-Thamrin-Kuningan. Di jaman Obama masih bocah, dua gedung itu merupakan gedung pencakar langit pertama di Indonesia; sekaligus simbol perdagangan Indonesia.

Meski secara implisit Obama menyatakan Gedung Sarinah tak mampu lagi mencakar langit Jakarta lantaran kalah tinggi dengan gedung-gedung yang dibangun sesudahnya, nyatanya nama Sarinah menyeberang benua dan tetap dikenang oleh Presiden AS ke-44 itu.

"Inilah saatnya Sarinah bangkit dan menjual mereknya itu. Brand yang dikenal ini mesti di respon positif oleh Direksi Sarinah," kata Subagyo, Komisaris PT Sarinah (Persero). Menurutnya, Sarinah sebagai pelaku perdagangan di Indonesia itu mesti segera berbenah agar kunjungan turis asing ke Sarinah meningkat.

Subagyo berharap, perusahaan pelat merah ini bangga lantaran senantiasa dicatat oleh Obama sekaligus menjadi sorotan media di dalam maupun luar negeri. Namun, tak cukup bangga saja, "Ini saatnya promosi," ucap Subagyo.

Saatnya berbenah

Saat ini, Sarinah dibawah kepemimpinan Jimmy M Rifai Gani, salah satu CEO termuda di perusahaan pelat merah, sedang menggodok perubahan startegi bisnis Sarinah. Sarinah yang gedungnya dirancang oleh arsitek Amerika keturunan Skandinavia, Abel Sorensen, dan istrinya, Wendy, ini mulai mengincar pasar mancanegara, yaitu Belgia, Singapura, dan Inggris.

Gerai yang akan dibuka di ketiga negara ini akan lebih kecil dari luas gerai Sarinah di Thamrin, Jakarta. Luas gerai ini menurutnya berkisar 20 meter persegi (m2). Di gerai ini, Sarinah akan memajang produk-produk seni fungsional seperti busana, sepatu, dompet, tempat tisu, dan kerajinan. Jimmy mengakui barang seni asal China memiliki harga lebih murah ketimbang produk seni asal Indonesia. Meski begitu, toh nilai seni produk Indonesia tetap lebih tinggi. "Masyarakat penikmat seni justru mencari produk dengan nilai seni yang tinggi, di situlah peluang kami," tutur Jimmy, Juni 2010 lalu .

Tak hanya memantapkan bisnis ritelnya, Sarinah juga mulai melirik komoditi seperti kakao. Benar, Sarinah berniat untuk menjadi eksportir kakao. Sejak Mei 2010 lalu, Sarinah telah melakukan penandatanganan MoU dengan sejumlah petani kakao di lima desa di Sulawesi Tenggara; sekaligus membangun infrastruktur pengolahan bijih kakao. Konon, petani Sulteng itu sanggup menyediakan pasokan hingga 5.000 ton per tahun.

Sarinah tak main-main di bisnis komoditi yang nantinya akan dilempar ke pasar Asia dan Eropa. Hitung punya hitung, investasi yang kudu disiapkan untuk membangun pabrik dengan skala produksi kecil hingga menengah dan dengan kebutuhan pengolahan yang tidak terlalu rumit, sekitar Rp 10 miliar. Sedangkan untuk pabrik dengan proyeksi pengolahan menjadi butter kakao atau pun kosmetika, investasinya diperkirakan minimal sebesar Rp 50 miliar.

Di tahun-tahun mendatang, bisnis kakao diharapkan bisa menyumbang 30% pendapatan. Sementara bisnis ritel akan menyumbang 50%, serta bisnis minuman dan lain-lain menyumbang 20%. Tahun ini Sarinah memperkirakan total pendapatannya bisa mencapai Rp 500 miliar dengan laba bersih ditargetkan sebesar Rp 25 miliar. Meningkat dari pencapaian di 2009 yang membukukan omzet Rp 417 miliar dengan laba bersih Rp 8 miliar.

Sarinah, mimpi Soekarno

Bisa jadi, Obama tak tahu mengapa Sarinah begitu menyejarah dalam perdagangan Indonesia. Nama proyek yang dibangun oleh Presiden Soekarno tersebut diambil dari nama pengasuh Soekarno di masa kecil. Bahkan, Soekarno membubuhkan nama Sarinah pada buku yang diterbitkannya pada tahun 1947.

"Saya namakan Sarinah, sebagai tanda terima kasih. Ketika masih kanak-kanak, pengasuh saya bernama Sarinah. Ia mbok saya. Ia membantu Ibu saya, dan dari dia saya telah menerima rasa cinta dan rasa kasih. Dari dia saya menerima pelajaran untuk mencintai orang kecil. Dia sendiri orang kecil, tetapi budinya besar. Semoga Tuhan membalas kebaikannya," terang Soekarno, seperti yang dikisahkan melalui Soekarno, An Autobiography as Told to Cindy Adams.

Sarinah hadir dalam kehidupan Bung Karno sejak tinggal di Mojokerto, Jawa Timur, pertengahan tahun 1917. Di Mojokerto, Bung Karno kecil tinggal bersama ayahnya, seorang guru, Raden Soekemi Sosrodihardjo. Ibunya, Ida Ajoe Njoman Rai, keturunan bangsawan Bali, dan Sukarmini kakak kandungnya yang dua tahun lebih tua. Sesudah beberapa waktu, datang orang kelima, sosok yang disebutnya, "Bagian rumah tangga kami. Dia tidak pernah kawin, tidur dengan kami, makan apa yang kami makan, tetapi tidak mendapat gaji sepeser pun. Dialah yang mengajarku untuk mengenal cinta kasih, tetapi bukan dalam pengertian jasmaniah. Dan mulai mengajarku mencintai rakyat."

Soekarno melukiskan, "Selagi Sarinah memasak di gubuk kecil dekat rumah, aku selalu duduk di sampingnya. Dia kemudian mengatakan, Karno, yang terutama engkau harus mencintai ibumu. Akan tetapi kemudian engkau harus mencintai rakyat jelata. Engkau harus mencintai manusia pada umumnya."

Soekarno menambahkan, "Sarinah adalah nama biasa. Akan tetapi, Sarinah yang ini bukan wanita biasa. Ia adalah satu kekuasaan yang paling besar dalam hidupku."

Nyatanya, tak semua orang menyukai proyek Sarinah di zaman itu. Banyak yang menyebut proyek yang dibangun oleh kontraktor Jepang dan diongkosi dari pampasan perang Jepang tersebut adalah proyek mercusuar Soekarno. Apalagi, proyek yang dibangun sejak tahun 1959 itu berbarengan dengan proyek asembling radio transistor, alat pertanian, bemo, dan masih banyak lagi.

Tapi Soekarno keukeuh untuk membangun Sarinah. Bahkan, ia bermimpi sepanjang Jalan Thamrin dan Sudirman harus bertingkat, setidaknya lima tingkat; dan dibangun oleh arsitek dan insinyur Indonesia tanpa bantuan tenaga asing.

Dan yang dilihat Obama padakunjungan dua hari ini sungguhlah mimpi Soekarno.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×