Reporter: Rika Theo |
NUSA DUA. Siam Cement Group (SCG) akan terus menambah investasinya di Indonesia. Setelah membeli saham empat perusahaan di Indonesia, salah satu perusahaan industri terbesar asal Thailand ini sedang melakukan negosiasi dengan beberapa perusahaan lagi di Indonesia.
Chief Executive Officer (CEO) dan Presiden Direktur SCG, Kan Trakulhoon, mengatakan SCG sedang berbicara dengan empat perusahaan di Indonesia, di sektor semen, material bangunan, dan petrokimia. Namun, ia tak mau berkomentar tentang kabar bahwa SCG juga berniat membeli 100% saham PT Sulfindo Adiusaha, produsen polyvinyl chloride (PVC) di Indonesia.
Kan mengaku optimis pada Indonesia. "Dengan pertumbuhan ekonominya dan integrasi ekonomi ASEAN akan menguntungkan ekonomi Indonesia," ujar Kan dalam makan malam bersama sejumlah media Thailand dan Indonesia di Melia Bali, Rabu (16/11).
SCG menyiapkan anggaran US$ 5 miliar untuk melakukan investasi ke luar Thailand dalam lima tahun ke depan. Kata Kan, Indonesia adalah negara tujuan investasi SCG terbesar di luar Thailand.
Selain ke Indonesia, fokus investasi CGC di Asia Tenggara ke Filipina dan Vietnam. Total nilai investasi perusahaan milik Kerajaan Thailand ini di Indonesia telah mencapai US$ 700 juta-US$ 800 juta. Nilai investasi ini sama dengan 12% dari total investasi SCG.
Terpukul banjir
Tahun ini SCG agresif melancarkan akuisisi perusahaan di Indonesia. September lalu, SCG membeli saham PT Chandra Asri Petrochemicals Tbk (TPIA) dari PT Barito Pacific Tbk (BRPT) dan Apleton Investment Ltd. Total nilai akuisisi US$ 442 juta.
Sebelumnya, pada Juni 2011, SCG membeli 70,4% saham PT Keramika Indonesia Asosiasi Tbk (KIAS) dan 93,5% saham PT Kokoh Inti Arebama Tbk (KOIN). Kan menyatakan SCG masih membuka kesempatan merger dan akuisisi perusahaan lain.
Banjir yang melanda Thailand juga berdampak pada perusahaan ini. Menurut Kan yang pernah tinggal di Indonesia pada 1996-1998 ini, beberapa pabrik dan kantor SCG ikut terendam. Akibatnya, bisnis SCG terutama di material bangunan dan semen terpukul sekitar 20%. "Bulan lalu, permintaan jatuh 40% year on year," jelasnya.
Namun menurut laporan keuangan terbaru SCG, di kuartal tiga kemarin, banjir tersebut belum menurunkan pendapatannya. Penjualan SGC di kuartal tiga mencapai 94,28 miliar baht (US$ 3,05 miliar), naik 19% dibanding dengan periode yang sama tahun lalu, terdorong kenaikan harga produk.
Keuntungan pada kuartal III tersebut mencapai 7,38 miliar baht (US$ 239 juta) atau naik 13% ketimbang periode yang sama tahun 2010. SCG memperkirakan, banjir tersebut akan menggerogoti pendapatannya di kuartal IV ini.
Namun Kan memprediksi di akhir tahun ini permintaan akan pulih. "Saat ini kawasan utara mulai pulih, juga di timur dan selatan," ujarnya.
Ia tidak khawatir atas dampak banjir terhadap bisnisnya. Terlebih karena saat ini SCG memiliki US$ 1,6 miliar cash di tangan.
Catatan saja, SCG berdiri tahun 1913. Perusahaan ini memiliki lima anak usaha yakni SCG Chemical, SCG Cement, SCG Paper, SCG Building Materials, dan SCG Distribution. n
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News