Reporter: Maria Elga Ratri, Handoyo | Editor: Fitri Arifenie
JAKARTA. Para petani udang girang. Pasalnya, di tahun ular air ini harga udang tak bongkk, tapi terus bergerak naik. Harga udang pada bulan Juli mengalami kenaikan antara 15% hingga 20% dibandingkan dengan harga bulan Juni.
Menurut Thomas Darmawan, Ketua Asosiasi Pengusaha Pengolahan, Pemasaran Produk Perikanan Indonesia (AP5I) mengatakan, harga udang saat ini di kisaran Rp 38.000 per kilogram (kg) hingga Rp 85.000 per kg.
Sebelumnya harga udang sebesar Rp 33.000 hingga Rp 70.000 per kg. "Harga udang melambung tinggi," kata Thomas, Kamis (11/7).
Iwan Sutanto, Ketua Umum Shrimp Club Indonesia (SCI) menambahkan, saat ini, harga udang ada di puncak tertinggi. Ia mencontohkan untuk udang ukuran 50 (50 ekor dalam satu kilogram) harganya Rp 65.000 per kg pada Juli ini. Padahal dalam sebelumnya, harga udang ukuran 50, paling tinggi hanya Rp 58.000 per kg. "Harga tinggi karena faktor suplai dan demand," kata Iwan.
Menurut Iwan, banyak negara produsen udang yang produksinya menurun karena serangan virus Early Mortality Syndromes (EMS). Selain itu juga ekspor beberapa produsen udang seperti Malaysia, Thailand dan Vietnam dikenakan bea masuk anti dumping ke Amerika Serikat (AS) Malaysia, misalnya, terkena bea masuk 64%.
Slamet Subjakto, Direktur Jenderal Perikanan Budidaya Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mengatakan, pemberlakukan bea masuk nke egara-negara pesaing ekspor merupakan peluang Indonesia untuk menaikan ekspor udang. "Indonesia bebas dari bea masuk anti dumping ke AS," kata Slamet.
Produksi naik
Bagusnya harga udang di tahun ini juga berdampak kepada produksi udang. Berdasarkan data dari Kementrian Kelautan dan Perikanan, produksi udang nasional pada triwulan kedua tahun ini mencapai 320.000 ton atau naik 26% dibandingkan tahun lalu periode yang sama, yakni Rp 252.800 ton.
Karena itu pula, Slamet bilang, petani makin bergairah untuk menebar bibit. "Stimulus paling baik adalah kenaikan harga," kata Slamet.
Meski demikian, Iwan mengingatkan supaya pemerintah meningkatkan kewaspadaan terhadap peluang masuknya udang segar dari negara-negara yang tengah bermasalah. "Jangan sampai udang segar masuk dan diekspor lewat Indonesia," cetus Iwan.
Menurut Iwan, petambak udang harus menghindari impor sarana produksi seperti benih, pakan dan induk dari negara-negara yang tengah mengalami kegagalan panen. Jika Indonesia sampai mengimpor sarana produksi tersebut, besar kemungkinan penyakit-penyakit udang dapat terbawa serta. "Jangan sampai kita impor dari negara-negara ini," kata dia.
Untuk mengantisipasi hal tersebut, kata Slamet, pihaknya melarang pemasukan bibit atau induk udang dari negara-negara seperti Vietnam, Malaysia dan Thailand. Pengawasan terutama di daerah perbatasan yang berpotensi sebagai pintu masuk benih tanpa ijin juga terus dilakukan. "Pemerintah akan membuat pelarangan masuknya udang atau bibit udang dari negara yang terkena wabah EMS ke Indonesia," katanya.
Sampai akhir tahun 2013 ubu, Slamet optimis akan ada kenaikan nilai ekspor udang. Tahun lalu nilai ekspor udang mencapai US$ 1,4 miliar. Selain karena kenaikan harga, kinerja positif ekspor udang juga didongkrak oleh pelebaran pasar ekspor.
Sebelumnya udang Indonesia hanya diekspor ke negara-negara seperti AS, Jepang dan Eropa. Kini, ekspor udang juga dilakukan ke China, Thailand, dan Vietnam. "Ada juga permintaan dari Australia dan Timur Tengah," katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News