Reporter: Jane Aprilyani | Editor: Jane Aprilyani
KONTAN.CO.ID - Demi menjaga keberlangsungan bisnis, PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) melakukan berbagai cara. Terlebih, saat banyak masalah yang mengimpit maskapai pelat merah ini kala pandemi Covid-19 melanda.
"Di Garuda, struktur keuangan sangat menakjubkan saat pandemi," kata Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra dalam acara CEO Speaks on Leadership di Binus University Business School, Jakarta, Rabu (12/4) malam.
"Kami punya utang US$ 10 miliar, revenue turun drastis 90%, dan saat pandemi pesawat yang terbang juga tak banyak," ungkapnya.
Hanya saja, Irfan mencatat, kondisi penerbangan yang rusuh tidak hanya Garuda Indonesia hadapi saja. Hampir semua maskapai di dunia merasakan hal tersebut.
"Rupanya, ada 64 maskapai bangkrut. Kami sempat dianggap maskapai ke 65, karena utang menumpuk dan Garuda terbang ke semua destinasi seminggu sekali," ucap dia.
Baca Juga: Diskon Hingga 55% TIket Pesawat Garuda Tujuan Jakarta Saat Lebaran
Irfan mengaku bersyukur, sampai saat ini, Garuda Indonesia mampu bertahan secara bisnis. Salah satu cara yang GIAA lakukan adalah dengan melakukan diversifikasi bisnis.
Seperti melakukan operasional kargo di mana Garuda kerap membawa beberapa produk pangan Indonesia. "Kami suka bawa ikan tuna segar ke Jepang," sebut dia.
Tak hanya itu, Irfan menambahkan, saat pesawat Garuda yang terbang tidak memberikan keuntungan bagi kinerja perusahaan, maka ada dua hal yang akan manajemen lakukan.
Pertama, mengubah jadwal penerbangan atau membuat program sale.
"Saya tidak peduli rute apa yang ditutup, yang jelas memberi keuntungan. Seperti Jakarta-Perth di mana konsumen mencari harga penerbangan yang murah dan akhirnya kami tutup," ungkapnya.
Baca Juga: GOTF 2023 Mulai Hari Ini, Ada Promo Diskon Tiket Garuda hingga 80%
Alhasil, sampai saat ini, Irfan bilang, rute penerbangan Garuda berlandaskan pada minat jumlah pengguna yang tinggi yang memberi profit.
Kedua, Garuda Indonesia menawarkan charter flight. "Tetapi, masih akan kami lihat dan review," tambahnya.
Lewat berbagai strategi ini, Irfan menyatakan, Garuda Indonesia sampai saat ini mampu bertahan. Malahan, setelah Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU), GIAA bisa memperoleh keuntungan terbesar.
"Keuntungannya capai Rp 58 triliun mengalahkan BUMN lain," katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News