kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.936.000   -1.000   -0,05%
  • USD/IDR 16.414   -23,00   -0,14%
  • IDX 6.908   -60,50   -0,87%
  • KOMPAS100 999   -12,26   -1,21%
  • LQ45 765   -9,37   -1,21%
  • ISSI 225   -1,72   -0,76%
  • IDX30 397   -4,52   -1,13%
  • IDXHIDIV20 466   -5,93   -1,26%
  • IDX80 112   -1,47   -1,29%
  • IDXV30 116   -0,88   -0,76%
  • IDXQ30 128   -1,36   -1,05%

Sesaknya Persaingan Picu Perang Tarif


Selasa, 06 Januari 2009 / 11:12 WIB
Sesaknya Persaingan Picu Perang Tarif


Reporter: Aprillia Ika |

JAKARTA. Papan iklan seperti baliho atau big banner, papan reklame atau billboard, papan petunjuk atau signed ad, neon box, dan sebagainya memang menjadi konsumsi umum masyarakat ibukota. Papan-papan iklan yang berjejalan di sepanjang jalanan dan sudut kota pun tak luput dari perhatian Pemerintah Provinsi DKI yang gencar menertibkannya.

Tak dinyana, media iklan luar ruang merupakan salah satu media iklan yang paling dilirik oleh segmen perusahaan setelah media televisi dan media cetak. Total pasar media luar ruang memang belum sebesar kedua media lainnya, yaitu hanya 10%.

Sementara, banyak pihak memprediksi belanja iklan tak bakal surut terkena imbas krisis global. Pasalnya, dari tahun 2007 ke tahun 2008 lalu, total belanja iklan tumbuh 20% dari Rp 30 triliun menjadi Rp 35 triliun.

Sayangnya, persaingan antar perusahaan periklanan atau perusahaan advertising begitu ketat di ibukota. Apalagi disinyalir, ada ratusan perusahaan periklanan yang berjibaku mendapatkan klien. Tak heran jika industri ini rentan akan perang harga.

Salah satunya adalah Wahyu Advertising. Perusahaan periklanan kelas menengah yang berdiri sejak tahun 2004 ini lebih memilih kota Bogor sebagai daerah operasionalnya. "Karena sentimen krisis, mungkin klien baru tidak sebanyak yang sudah-sudah," ujar Raden Wahyu, Pemilik Wahyu Advertising (5/1).

Menurutnya, ruang untuk beriklan dengan papan reklame sudah semakin sempit. Sehingga dikhawatirkan beriklan menggunakan papan reklame tidak lagi tepat sasaran. "Risikonya memang besar saat ini," ujarnya.

Selain perang harga, antar perusahaan periklanan juga sangat bersaing ketat dalam hal kualitas. "Karena jika kita pasang harga terlalu murah, kualitasnya juga akan dipertanyakan," ujarnya. Apalagi industri periklanan merupakan industri jasa yang ukurannya adalah kepuasan klien pengguna jasa.

Oleh karena itu, menurutnya, saat ini perusahaan iklan gencar mencari tempat-tempat baru yang tidak terlalu sesak seperti di Bogor atau di daerah Ciputat, Tangerang. "Di Ciputat saya lihat ada semakin banyak billboard," lanjutnya. Sehingga, selain lebih tepat sasaran, ruang iklan juga jauh lebih lega.

Wahyu melanjutkan, perusahaannya tidak berharap banyak akan penambahan klien baru pada tahun 2009 ini. Untuk itu, Wahyu menumpukkan beban perusahaan sepenuhnya di tangan marketing. "Semua tergantung kepiawan marketing menyikapi tahun ini," ujarnya.

Perusahaan Wahyu sendiri lebih senang jika kliennya memperpanjang masa sewa papan reklame yang ditawarkannya. Klien besar Wahyu Advertising sendiri adalah perusahaan rokok Sampoerna.

Sedang untuk ukuran, papan reklame milik Wahyu memang tidfak besar, hanya sekitar 4 x 6 meter persegi. "Dari situ kami masih bisa hidup, karena sewa reklame atau baliho kan bisa sekitar satu tahun," terangnya.

Sayangnya, Wahyu belum bersedia membuka harga dan berapa banyak order yang didapatkannya dalam satu bulan. "Itu sangat tidak etis kalau dilihat perusahaan lain," kilahnya.

Lain lagi dengan PT. Media Iklan Luar Dalam Advertising (MILD Advertising). Perusahaan yang bermarkas di kebon Nanas, Tangerang, ini menilai persaingan tahun 2009 nanti bakalan lebih kompetitif lantaran bujet promosi para klien juga turun akibat sentimen krisis.

"Untuk saat ini, kami menerapkan strategi wait and see saja," ujar Marketing Manager MILD Advertising Mujiono. Ia sendiri mengaku kurang tertarik dengan kampanye masa pemilu yang dipastikan akan banyak menyedot pemasukan ke perusahaan iklan. "Kalau untuk partai, sisi komersilnya kurang," ujarnya.

Mujiono menambahkan, saat ini akibat sesaknya media papan reklame dan baliho besar, banyak klien perusahaannya yang lebih menyukai media iklan merupa umbul-umbul dan banner. Media iklan yang seperti ini jelas lebih murah dengan waktu sewa singkat.

"Media-media temporer tersebut lebih praktis dan ekonomis," pungkasnya tanpa merinci lebih jauh mengenai kondisi bisnis perusahaannya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Owe-some! Mitigasi Risiko SP2DK dan Pemeriksaan Pajak

[X]
×