Reporter: Filemon Agung | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Shell mengungkapkan sepanjang tahun 2019 lalu terjadi peningkatan permintaan global untuk gas alam cair (LNG) sebesar 12,5% menjadi 359 juta ton.
Shell dalam outlook LNG tahunan menyebutkana peningkatan signifikan ini mendukung peranan LNG dalam upaya transisi ke sistem energi rendah karbon.
Shell memetakan sejumlah poin kunci yakni tersedianya pasokan tambahan hingga 40 juta ton untuk sektor industri, keyakinan pertumbuhan permintaan jangka panjang yang memicu kepastian investasi untuk LNG dengan kapasitas 71 juta ton, hadirnya beragam jenis kontrak yang memberikan opsi luas bagi pembeli LNG serta peralihan dari batubara ke gas.
Baca Juga: Turun banyak, harga BBM oktan 95 Shell dan Total jadi Rp 9.650
Integrated Gas and New Energies Director at Shell Maarten Wetselaar dalam keterangan resmi menjelaskan gas mengeluarkan sekitar 45% hingga 55% lebih sedikit emisi gas rumah kaca dan kurang dari sepersepuluh polutan udara dari batubara ketika digunakan untuk menghasilkan listrik.
"Pasar LNG global terus berkembang pada tahun 2019 dengan meningkatnya permintaan untuk LNG dan alami gas di sektor listrik dan non-listrik," kata Maarten, Kamis (20/2).
Maarten melanjutkan, kondisi pasar yang terbilang lemah pada saat ini dikarenakan dua hal yakni musim dingin dan virus corona. Shell memproyeksikan adanya keseimbangan dalam waktu dekat lewat sejumlah faktor pendorong yakni pertumbuhan permintaan yang terus menerus dan berkurangnya pasokan baru hingga onstream-nya sejumlah proyek hingga pertengahan 2020 mendatang.
Eropa menyerap sebagian besar pertumbuhan pasokan 2019 karena harga LNG yang kompetitif diakibatkan pengalihan batubara menjadi gas di sektor listrikdan sebagai pengganti produksi gas domestik yang menurun dan impor gas pipa.
LNG juga dinilai semakin menjadi komoditas yang fleksibel akibat mekanisme perdagangan spot baru dan beragamnya indeks yang digunakan untuk titik kontrak jangka panjang.
"Selain itu terjadi peningkatan impor ke Asia pada 2019, dibandingkan dengan dua tahun sebelumnya sebagai hasil dari cuaca dan meningkatnya pembangkit listrik dari tenaga nuklir di Jepang dan Korea Selatan, dua dari tiga importir global terbesar," kata Maarten.
Adapun, impor LNG meningkat 14% di Cina pada 2019 karena upaya untuk terus meningkatkan kualitas udara perkotaan. Di sisi lain, pertumbuhan juga tercatat terjadi di kawasan Asia Selatan.
Secara total, Bangladesh, India, dan Pakistan mengimpor 36 juta ton, meningkat 19% dari tahun lalu.
Shell memperkirakan, permintaan LNG akan meningkat secara global dalam jangka panjang. Angka tersebut akan berlipat ganda menjadi 700 juta ton pada tahun 2040. Hal ini didorong oleh peranan gas yang disebut memainkan peranan penting dalam membentuk sistem energi rendah karbon.
Selain itu, Asia diperkirakan akan tetap menjadi wilayah dominan dalam beberapa dekade mendatang, dengan peningkatan permintaan lebih dari setengah jumlah yang ada untuk kawasan Asia Selatan dan Asia Tenggara.
Baca Juga: Shell pangkas lagi harga BBM, simak detailnya
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News