Reporter: Gloria Haraito | Editor: Test Test
JAKARTA. Di tengah membanjirnya produk China akibat Asean China Free Trade Agreement (ACFTA), lembaga sertifikasi justru kelimpahan berkah. Kini label sertifikasi menjadi strategi pemasaran yang jitu dalam menghadapi persaingan.
Presiden Direktur PT Sucofindo, Arief Safari menjelaskan, sertifikasi dapat membantu Pemerintah dalam mengendalikan peredaran barang. "Dengan memberlakukan wajib standar nasional Indonesia (SNI) pada setiap barang yang masuk, maka barang-barang impor yang tidak berkualitas bisa tersisihkan," terang Arief pekan silam. Ini agar pasar kita tidak menjadi buangan produk-produk impor yang tidak bermutu.
Arief pun mengakui, persaingan dengan produk impor yang makin ketat membuat permintaan sertifikasi meningkat. Menghadapi hal ini, Sucofindo punya banyak produk sertifikasi yang diberikan melalui Sucofindo International Certification Services (SICS).
Beberapa produk SICS antara lain sistem manajemen mutu ISO 9001:2000 dan ISO 9001:2001, sistem manajemen lingkungan ISO 14001:2004, serta sistem manajemen kemanan dan kesehatan yang melingkupi OHSAS 18001:2007, HACCP, dan ISO 22000. SICS juga mengeluarkan sertifikasi produk lewat Standar Nasional Indonesia (SNI) serta rekomendasi SMK3.
Tahun ini, Sucofindo menargetkan pelanggan SICS meningkat 30%. Ini setara dengan pendapatan SICS yang ditargetkan mencapai Rp 22 miliar. Target ini naik 37,5% dibandingkan dengan pendapatan SICS tahun 2009 yang sebesar Rp 16 miliar.
Sementara secara total, Sucofindo menargetkan pendapatan tahun ini bisa mencapai Rp 1,4 triliun, atau naik 27,2%. Lalu laba bersih diharapkan bisa mencapai Rp 77 miliar, naik 83,3% dibandingkan dengan laba bersih 2009 yang sebesar Rp 42 miliar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News