kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45923,49   -7,86   -0.84%
  • EMAS1.319.000 -0,08%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Survei Moka: Food and beverages jadi industri yang paling terdampak dari Covid-19


Jumat, 27 Maret 2020 / 14:50 WIB
Survei Moka: Food and beverages jadi industri yang paling terdampak dari Covid-19
ILUSTRASI. Konsumen memilih bahan makanan?pada gerai ritel di Jakarta


Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penyebaran Covid-19 yang terus meluas di berbagai negara, termasuk Indonesia berdampak pada berbagai industri, termasuk industri F&B, jasa, dan ritel.

Berdasarkan data internal Moka, startup penyedia layanan kasir digital untuk lebih dari 30.000 merchant di Indonesia, total penjualan masker wajah di bulan Januari meningkat dua kali lipat dikarenakan penyebaran Covid-19.

Baca Juga: Bila ada krisis akibat corona, pengusaha: Sektor UMKM paling terdampak

Di sisi lain, dampak yang paling terasa adalah penurunan pendapatan harian pada industri F&B, jasa, dan ritel. Berdasarkan observasi yang dilakukan Moka di 17 kota di Indonesia, terkonsentrasi di Jabodetabek, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Surabaya, Medan, Batam, dan Bali hasilnya menunjukkan sebanyak 13 kota mengalami penurunan pendapatan harian yang signifikan. 

Bali dan Surabaya merupakan dua kota yang mengalami penurunan pendapatan harian yang paling signifikan. Masing-masing mengalami penurunan sebesar 18% dan 26%.

Daerah Jabodetabek juga mengalami penurunan pendapatan harian yang cukup signifikan, namun tidak setajam Bali dan Surabaya. 

Wilayah yang terkena dampak di daerah Jabodetabek yang paling signifikan terjadi di Depok, Tangerang, Jakarta Barat, dan Jakarta Timur.

Anjuran dari pemerintah untuk tidak keluar dari rumah guna memperlambat laju penyebaran Covid-19, membuat masyarakat tinggal lebih banyak di rumah, dan juga memberi dampak pada industri F&B. 
Perubahan perilaku ini menyebabkan peningkatan pembelian makanan yang dibawa pulang (take-away food) meningkat sebesar 7% di bulan Januari hingga Februari 2020.

Leonard Theosabrata, Direktur Utama SMESCO Kementerian Koperasi dan UKM Indonesia memberikan langkah-langkah mengantisipasi fenomena yang berdampak pada performa bisnis UKM. Satu hal yang menjadi pesan utama adalah dalam survival mode ini adalah untuk memprioritaskan berjalannya cashflow bisnis dengan baik, dibandingkan dengan memikirkan profit.

“Pelaku usaha harus dapat bertahan selama tiga sampai enam bulan ke depan. Perlu adanya perubahan proses bisnis sementara agar cashflow bisnis tetap positif,” jelas Leonard dalam keterangan pers yang diterima kontan.co.id, Jumat (27/3).

Baca Juga: Marak pemberitaan virus corona, penjualan Fast Food Indonesia (FAST) tidak berdampak

Menurutnya, strategi yang dapat dilakukan adalah dengan mengulas kembali bisnis, kenali customer base dan kebutuhannya, permudah proses bisnis, klasifikasikan produk yang mudah dijual, digitalisasi produk usaha ke dalam katalog yang mudah dibagikan, perdalam stok barang, dan beri insentif kepada karyawan yang mampu memberikan performa baik dalam keadaan sulit seperti saat ini.
 
Sementara, bagi para pemilik bisnis ada beberapa langkah praktikal untuk menjaga cashflow bisnis tetap positif, yakni berfokus pada promosi untuk take-away deliver melihat permintaannya yang meningkat. 

Kemudian, gunakan database pelanggan untuk selalu mengkomunikasikan promosi yang ada melalui e-mail, SMS, ataupun WhatsApp.

Selanjutnya, untuk kunjungan fisik, budayakan melakukan transaksi non-tunai dengan menggunakan debit atau digital payment. Hal tersebut untuk meningkatkan kepercayaan konsumen dengan memposisikan diri sebagai bisnis yang memperhatikan konsumen dan seluruh stakeholder bisnis terkait higienitas. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×