Reporter: Dede Suprayitno | Editor: Rizki Caturini
JAKARTA. Pertumbuhan bisnis organik masih menjadi strategi utama PT Tower Bersama Infrastucture Tbk. Perusahaan yang menjalankan bisnis penyewaan menara telekomunikasi tersebut, membidik 2.000-2.500 penyewa pada tahun 2017.
Tower Bersama meyakini, peluang bisnis menara telekomunikasi masih terbuka lebar tahun depan. Sebab, permintaan peningkatan atawa upgrade teknologi selalu ada. Sebut saja permintaan peningkatan teknologi 4G. Maklum pengguna telepon pintar atau smartphone juga makin membludak.
Permintaan datang dari perusahaan yang membutuhkan koneksi komunikasi yang lebih mumpuni. Salah satunya adalah operator telekomunikasi. "Prospek masih sangat bagus," ujar Helmi Yusman Santoso Direktur Keuangan PT Tower Bersama Infrastucture Tbk kepada KONTAN, Jumat (2/12).
Meski rencana masih di ubun-ubun, Tower Bersama sudah punya hitung-hitungan bisnis. Manajemen perusahaan menggambarkan, dengan asumsi bahwa setengah dari target penyewaan tadi berupa sewa menara dan sisanya adalah colocation, paling tidak butuh 1.000–1.250 menara telekomunikasi baru.
Menurut situs resmi Tower Bersama, mereka melayani dua layanan yakni built to suit dan colocation. Lingkup layanan mulai dari perencanaan jaringan hingga pengoperasian dan pemeliharaan site selama masa penyewaan infrastruktur.
Asal tahu, built to suit adalah jasa sewa menara dengan pola membangun menara baru sesuai dengan keinginan pelanggan. Kalau colocation adalah jasa sewa menara dengan pola menawarkan menara yang sudah ada. Mengutip pemberitaan KONTAN sebelumnya, manajemen Tower Bersama menyatakan, telah meningkatkan 1.137 site menara telekomunikasi dan 1.837 penyewaan sepanjang sembilan bulan tahun ini. Sementara tenancy ratio atau rasio penyewaan sebesar 1,65.
Alhasil, total site menara telekomunikasi Tower Bersama saat ini 13.463. Perinciannya, 12.467 menara telekomunikasi, 925 shelter dan 71 jaringan distributed antenna system (DAS). Lantas, total jumlah penyewaan mencapai 21.562. Siapkan kas internal Tower Bersama sadar, merencanakan ekspansi saja tak cukup tanpa sokongan dana.
Makanya, perusahaan berkode saham TBIG di Bursa Efek Indonesia itu menyiapkan dana Rp 1 triliun–Rp 1,25 triliun untuk menghadirkan 1.000–1.250 menara telekomunikasi baru. Dengan begitu, nilai investasi satu menara setara dengan Rp 1 miliar. Mengenai sumber pendanaan, Tower Bersama tak khawatir. "Iya betul, rencana dana dari kas perusahaan," ujar Helmi.
Mengintip laporan keuangan 30 September 2016, duit lancar Tower Bersama dalam bentuk kas dan bank tercatat Rp 404,86 miliar. Sementara total aset lancar perusahaan itu mencapai Rp 2,34 triliun. Total aset lancar tersebut menyusut 10,34% ketimbang catatan per 30 Desember 2015 yakni Rp 2,61 triliun.
Ekspansi pembangunan menara telekomunikasi memang menyedot anggaran tak sedikit. Kembali mengintip catatan KONTAN sebelumnya, tahun ini Tower Bersama menyediakan anggaran belanja modal Rp 2 triliun. Hingga semester I 2016, perusahaan tersebut sudah membelanjakan Rp 894 miliar untuk membangun 1.222 menara telekomunikasi.
Target Tower Bersama sepanjang tahun ini adalah menambah 2.000 menara telekomunikasi. Dus, masih ada sisa target penambahan 778 menara telekomunikasi lagi pada semester II-2016. Selain membangun menara telekomunikasi anyar,
Tower Bersama juga membuka opsi mengakuisisi menara telekomunikasi perusahaan lain. Target penambahan 2.000 menara tahun ini lebih besar ketimbang target tahun 2015. Tahun lalu, realisasi penambahan menara telekomunikasi Tower Bersama sebanyak 1.400.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News