Reporter: Petrus Dabu | Editor: Dikky Setiawan
KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Di setiap ada pameran kesempatan kerja (job fair), para pencari kerja selalu memadati acara. Antrean bisa panjang hanya untuk menyerahkan aplikasi dan formulir. Nah, tak cuma di pameran yang kesempatannya terbatas, beberapa situs pencari kerja pun menawarkan solusi bagi perusahaan dan pencari kerja untuk dalam aplikasi daring.
Itulah sebabnya, sejak beberapa tahun terakhir, banyak situs penyedia lowongan kerja membidik pasar Indonesia. Pemain lama yang sudah populer di bisnis ini adalah JobsDB.com dan JobStreet.com. Dua situs pencari kerja ini adalah milik SEEK Group, perusahaan penyedia informasi lowongan kerja asal Australia.
Tak hanya situs dari luar negeri, dari Indonesia sendiri, ada Karir.com yang sudah muncul sejak tahun 1999. Tahun 2015 lalu, Karir.com diakuisisi oleh PT Elang Mahkota Teknologi (EMTEK), pemilik jaringan stasiun televisi SCTV, Indosiar, dan OChannel.
Meski pemain lama didukung oleh pemodal besar dan memiliki basis data pengguna yang banyak, tetapi para pendatang baru di bisnis ini tetap tertarik masuk. Setahun belakangan, sejumlah platform penyedia informasi lowongan kerja lokal bermunculan, seperti YesJob, Gawean, dan jojoba.
Apa perbedaan yang mereka tawarkan? Berikut beberapa profil mereka.
YesJob
YesJob beroperasi mulai 27 Juli 2017 lalu. Didirikan oleh seorang headhunter asal Inggris bernama James Umpleby, bersama beberapa mantan eksekutif beberapa perusahaan di Indonesia, seperti Harry Sasongko dan Rama Notowidigdo.
YesJob diciptakan tidak hanya untuk pencari kerja aktif, tetapi juga pencari kerja pasif. Pekerja pasif adalah mereka yang sudah nyaman dengan pekerjaan sekarang, tapi tidak menutup kemungkinan mencari tantangan baru dengan kompensasi yang lebih baik ataupun lokasi pekerjaan yang mudah dijangkau.
Untuk bisa menggunakan aplikasi ini, pengguna aplikasi YesJob hanya membutuhkan waktu dua menit untuk mengunduh aplikasinya gratis, menyelesaikan proses pendaftaran dengan mengisi biodata pribadi, data pendidikan akademis, pengalaman, dan juga keterampilan untuk selanjutnya dibuat menjadi sebuah Digital CV.
Data ini akan dicocokkan dengan setiap iklan lowongan kerja yang diunggah oleh pihak pemberi pekerjaan. "Para pengguna aplikasi tersebut tidak harus perlu repot-repot mencari pekerjaan, mesin algoritma YesJob akan bekerja secara otomatis untuk mencarikan mereka pekerjaan yang cocok dengan profil data yang mereka sudah daftarkan sebelumnya," ujar Irwansyah Utama, Chief Marketing Officer (CMO) PT Yesjob Technology Indonesia.
Menghadapi persaingan yang cukup ketat di bisnis ini, Irwansyah sudah menyiapkan sejumlah strategi. "Kami ingin lebih fokus melakukan kerjasama dengan perusahaan alih daya (outsourcing) yang mempunyai kebutuhan tenaga kerja massal sepanjang waktu, ujarnya. Perusahaan alih daya ini akan menyediakan pekerjaan dengan tingkat gaji sesuai Upah Minimum Regional (UMR).
Selain itu, YesJob juga gencar berpromosi melalui sosial media untuk memperkenalkan platform YesJob ke kelompok milenial. Kami berharap konten-konten kami bisa menimbulkan dampak viral.
Soalnya, spesifikasi pekerjaan yang tersedia merupakan jenis pekerjaan yang sedang populer di area perkotaan, seperti barista, pelaku kerja industri kreatif, hospitality, ataupun entertainment yang mempunyai turnover yang tinggi.
Saat ini, ada 700 lebih entitas, baik perusahaan maupun individu yang telah mendaftar dan mengiklankan lowongan kerja di YesJob. Sedangkan jumlah pencari kerja yang terdaftar ditargetkan mencapai 70.000 pada Juli ini.
"Jumlah iklan lowongan kerja kami sudah mencapai 2.500 pekerjaan. Spesifikasi pekerjaan tidak ada, semua bentuk pekerjaan bisa diiklankan di situs kami dan untuk tahap awal ini tidak dipungut biaya," katanya.
Dia bilang, perusahaan atau individual hanya dikenakan biaya (success fee) apabila ada kandidat yang benar-benar cocok dengan kriteria pekerjaan dan tertarik dengan pekerjaan tersebut.
Untuk software version 1.0 saat ini, pihak YesJob mengenakan tarif Rp 20.000 per akses kepada perusahaan yang ingin mengakses data pelamar. "Untuk version 2.0, kami sudah menyiapkan 13 model monetisasi lainnya untuk segera diaktifkan ketika pengguna aplikasi kami sudah mencapai 100.000 lebih pengguna aplikasi aktif dan lebih dari 10.000 iklan lowongan kerja," katanya.
Jojoba
Sama dengan YesJob, situs penyedia lowongan kerja Jojoba dalam negeri ini juga beroperasi sejak Juli 2017 lalu. Seperti situs lainnya, Jojoba menjadi penyedia teknologi pencocokan tenaga kerja dengan lowongan kerja (job-matching). Jojoba memiliki fitur rank & match, yaitu alogaritma penyaringan yang mampu membuat daftar peringkat pelamar paling cocok berdasarkan lowongan pekerjaan yang dipublikasikan perusahaan.
Andreas Setiadi, Founder & CEO Jojoba mengatakan, fokus jojoba adalah pekerja bluecollar atau kerah biru seperti waitres dan buruh pabrik. Karena itu, jojoba menyasar pengguna dengan tingkat pendidikan tamat Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).
Jojoba punya alasan menjadikan ini sebagai segmen yang dibidik. Menurut Andreas, tamatan SMK merupakan penyumbang pengangguran kelompok terdidik terbesar di Indonesia. "Teknologi yang kita tawarkan ke mereka adalah dengan tujuan untuk meningkatkan kelayakan mereka untuk mendapatkan kerja," ujarnya.
Untuk itu, pada tahun 2018 ini, jojoba akan meluncurkan tiga fitur baru.
Pertama, e-Learning, yaknipelamar bisa mendapatkan soft skill, hard skill, dan training khusus dari perusahaan. jojoba akan bekerja sama dengan pelaku industri untuk mempersiapkan anak SMK untuk masuk ke industri yang dibutuhkan. Tujuannya untuk meningkatkan atau mempermudah mereka mendapatkan pekerjaan dan juga meningkatkan skill mereka, ujarnya.
Kedua, tes psikometrik. Pelamar bisa mengetahui kemampuan, bakat, dan sifat pelamar sehingga membantu mengarahkannya bekerja sesuai dengan kemampuan dan bakatnya.
Ketiga, video interviewing. Perusahaan bisa membuat daftar pertanyaan yang akan diajukan kepada pelamar. Nantinya, pelamar akan diminta mengunggah jawaban yang sudah dibuat dalam bentuk video melalui aplikasi. Fitur-fitur baru ini rencananya akan diluncurkan pada Agustus nanti.
Andreas mengatakan saat ini, jumlah pencari kerja yang terdaftar di jojoba sudah mencapai 6.000 lebih dan jumlah perusahaan yang menayangkan iklan sebanyak 500-an. "Memang kita masih dalam tahap testing. Kami sekarang memakai apa yang kami punya dan testing market untuk melihat kemajuan dan efektivitasnya," ujarnya.
Monetisasi, menurut Andreas, berasal dari pemberi kerja atau perusahaan maupun pencari kerja. Dari perusahaan, Jojoba mengenakan tarif setiap iklan yang ditayangkan di situs Jojoba.
"Selain itu, perusahaan juga dikenakan tarif untuk mengakses informasi dari database Jojoba. Database adalah aset kita, jadi monetizing-nya, kalau mereka meminta informasi dari database," ujarnya.
Dari pencari kerja, sumber pendapatan untuk jojoba berasal dari layanan mencetak (print) CV. Karena mereka sudah isi CV di Jojoba, kita juga kasih format yang bagus untuk mereka untuk dicetak. Tapi, itu kita tawarkan sebagai fungsi atau fitur berbayar. Tarif sekitar Rp 10.000, ujarnya.
Pendapatan lainnya juga nanti berasal dari fitur e-Learning. Akan ada pilihan e-learning yang gratis, dan juga yang ada pilihan untuk berbayar.
Gawean
Gawean berdiri sejak akhir 2017 lalu. Platform ini fokus untuk pencari kerja di bidang food and beverage (F&B), seperti restoran, hotel, coffee shop, dan bisnis ritel.
Keberadaan Gawean tidak terlepas dari pengalaman pribadi sang CEO & Founder Kevin Fami Anggara. Saat studi di Brisbane, Australia, Kevin mencoba melamar pekerjaan paruh waktu sebagai barista di coffee shop. "Saat itu, saya harus cetak CV cukup banyak dan harus datang ke coffee shop satu-satu. Itu capek dan buang-buang waktu," ujarnya.
Dari pengalaman itu, Kevin mencoba mencari platform yang khusus menyediakan informasi lowongan kerja khusus untuk pekerjaan paruh waktu. Ternyata saat itu belum ada, termasuk di Indonesia. Akhirnya, ia pun memutuskan mendirikan Gawean.
Saat ini, Gawean memang tidak hanya untuk menjembatani mahasiswa yang hendak mencari informasi lowongan kerja paruh waktu (part time), tetapi juga pekerjaan penuh (full time).
Kevin mengatakan, saat ini sudah lebih dari 30 unit bisnis atau merchant yang menjadi mitra Gawean. Lowongan yang masuk sudah banyak, sekitar 60-an lowongan kerja, jumlah pelamar kerja sekitar 1.500-an, ujarnya.
Saat ini, pendapatan Gawean masih berasal dari tarif iklan lowongan kerja yang ditayangkan mitra. Sama seperti model JobStreet atau JobsDB, ujarnya.
Tetapi ke depan, Gawean juga menyediakan fitur headhunter. Dengan fitur ini, perusahaan bisa mencari pelamar kerja yang sesuai dengan kriteria yang mereka butuhkan pada database pelamar di Gawean. "Tempat usaha bisa ngejar bola, mencari karyawan yang dia butuhkan, tanpa harus menunggu mereka melamar," ujarnya.
Kevin mengatakan, kelebihan Gawean dibandingkan situs sejenis yakni ada standardisasi CV dari para pelamar kerja. Soalnya, masih ada pelamar kerja di bidang F&B yang tidak tahu membuat CV yang baik dan benar.
Untuk membantu perusahaan memudahkan mencari kandidat terbaik, Gawean telah menyediakan fitur Gawean Point Average (GPA). Dengan fitur ini, perusahaan tak perlu membuang waktu untuk membaca terlalu banyak CV. Sistem GPA akan membantu memilah kandidat yang tepat untuk mengisi posisi yang diinginkan. Kami membantu menyortir the best candidate yang ada berdasarkan syarat-syarat yang dibutukan oleh tempat usaha, tanpa harus membuka satu-satu CV pelamar, ujarnya.
Kevin bilang, saat ini pihaknya masih terus mengembangkan aplikasi Gawean. "Kami juga sedang mencari funding. Sekarang pendanaan masih sendiri," ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News