Reporter: RR Putri Werdiningsih | Editor: Anastasia Lilin Yuliantina
JaKARTA. Perusahaan penyedian layanan informasi dan teknologi (IT), Telkomsigma tengah berupaya memperbesar pendapatan berulang alias recurring income tahun depan. Bidikan anak perusahaan PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom) ini, kontribusi pendapatan berulang bisa mencapai 75% tahun 2015.
Sejauh ini, Telkomsigma yang memiliki nama asli PT Sigma Cipta Caraka, biasa mengantongi pendapatan berulang sebesar 60% dari total pendapatan. "Recuring income itu berasal dari managed services dan data centre services," terang Judi Achmadi, Chief Executive Officer Telkomsigma, Rabu, (20/8).
Untuk memenuhi target tersebut, Telkomsigma menempuh dua strategi. Pertama, memperbesar pendapatan managed services dengan menyasar sektor perbankan.
Maklum saja, sektor inilah yang potensial mendatangkan pendapatan berulang dalam jumlah besar dari managed services. Demi menarik minat perbankan, Telkomsigma mengembangkan sistem IT bernama National Standart Indonesian Chip Card Specification (NSICCS).
Manajemen optimistis pilihannya mengembangkan sistem IT bagi perbankan tersebut bakal disambut baik. Dasar optimisme perusahaan ini adalah meluncurnya peraturan Bank Indonesia yakni BI No 13/22/DASP. Beleid tersebut mewajibkan penggunaan kartu chip paling lambat pada 1 Januari 2016 demi mendukung keamanan transaksi melalui anjungan tunai mandiri (ATM) dan kartu debit.
Nah, Telkomsigma mengklaim, 10 dari 60 bank yang sudah menjadi mitra bisnisnya saat ini, telah menyatakan minat untuk menggunakan layanan kartu NSICCS yang mereka ciptakan. "Salah satunya Bank Pundi tapi ada bank juga bank besar dan bank pemerintah," ungkap Judi.
Kedua, memperbesar pendapatan berulang dari layanan data centre dengan membangun tiga kantor pusat data baru. Lokasi pilihan Telkomsigma adalah Bekasi, Batam (Kepulauan Riau) dan Balikpapan (Kalimantan Timur).
Pembangunan tiga kantor data centre tersebut menghabiskan dana Rp 400 miliar, atau setara dengan 40% dari total alokasi belanja modal tahun ini. Jumlah belanja modal itu sekaligus menjadi total belanja modal yang sudah digunakan sepanjang semester I-2014.
Penuhi 50% target
Sebelum menambah tiga data centre, tahun lalu Telkomsigma mengakuisisi perusahaan data centre bernama PT German Centre Indonesia. Berdasarkan informasi laporan keuangan 30 Juni 2014, Telkomsigma membeli German Centre dari dua pemilik modalnya, yakni Landeskreditbank Baden-Wurttemberg-Forderbank (L-Bank) dan Step Stuttgarter Engineering Park Gmbh (STEP). Aksi jual-beli senilai US$17,8 juta (setara dengan Rp170 miliar) tersebut, tuntas pada April 2013.
Buntut keluarnya kocek gede-gedean itu, rapat umum pemegang saham (RUPS) Sirkuler Telkomsigma 16 Juni 2014 menyetujui peningkatan modal dasar Telkomsigma menjadi Rp1,1 triliun. Plus, peningkatan modal ditempatkan menjadi Rp 548 miliar.
Adapun mengenai kinerja pada paruh pertama, Telkomsigma menyatakan telah mengantongi pendapatan sekitar Rp 1 triliun. Pencapaian tersebut setara dengan separuh target pendapatan tahun ini yakni Rp 2 triliun.
Perincian pendapatan tersebut, yakni 50% berasal dari pendapatan lini bisnis sistem integrasi. Lantas, 40% berasal dari pendapatan data centre services 40%. Barulah sisanya sebesar 10% berasal dari pendapatan managed services. "Backbone pendapatan berasal dari segmen perbankan dan sektor telekomunikasi," terang Judi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News