Reporter: Agustinus Beo Da Costa, Pratama Guitarra | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. Mendapat mandat menggantikan PT Pertamina Energy Trading Limited (Petral) dalam pengadaan minyak untuk kebutuhan dalam negeri, unit kerja PT Pertamina atau Integrated Supply Chain (ISC) langsung bergegas menggelar tender. Dalam waktu dekat ini, ISC bahkan akan mengundang semua pihak, termasuk pedagang atau trader minyak ikut tender.
Tanpa menyebut kebutuhan minyak yang akan ditender, Direktur Pemasaran dan Niaga Pertamina Ahmad Bambang bilang, kebutuhan impor bahan bakar minyak mencapai 9 juta–10 juta barel per bulan. "Detail jelas tender dibahas ISC," ujar Bambang ke KONTAN (4/1).
Dibukanya tender ini juga menjadi pintu masuk Sonangol EP untuk menyuplai minyak ke Pertamina. Apalagi, sebelumnya, Pertamina juga sudah sepakat membeli minyak dari perusahaan ini setara 100.000 barel sehari. Dus, ini artinya Sonangol akan memasok sepertiga dari kebutuhan bulanan minyak untuk kebutuhan lokal atau sebanyak 3 juta barel tiap bulan.
Namun, Direktur Utama Pertamina Dwi Soetjipto mengatakan, kerjasama antara Pertamina dan Sonangol merupakan kerjasama bisnis. "Saat kami memfungsikan dan merevitalisasi ISC, ini menjadi pintu masuk Sonangol," ujar Dwi akhir pekan lalu. Dengan begitu, pemberian diskon harga minyak Sonangol akan tergantung negosiasi ISC dengan perusahaan asal Angola ini.
Dwi menegaskan, meski kelak tidak ada diskon atas pembelian minyak dari perusahaan yang berkongsi dengan perusahaan milik politisi Surya Paloh di Blok Migas Cepu, Sonangol tetap harus menawarkan harga yang bagus bagi ISC.
Jika tidak bukan mustahil, Sonangol akan terdepak dalam tender pengadaan minyak. Sayang, Senior Vice President ISC Pertamina Daniel Purba yang kini menjadi komandan pengadaan minyak ini belum banyak berkomentar. "Saya baru tiga hari kerja di ISC, belum terupdate mengenai ini," katanya.
Sesuai rekomendasi Tim Reformasi Tata Kelola Minyak dan Gas ke Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), ISC menggantikan peran anak usaha Pertamina atau Petral dalam pengadaan minyak mentah dan bahan bakar minyak (BBM).
Makanya, kata Bambang, ISC akan menyeleksi ketat calon pemasok minyak Indonesia. Proses seleksi harus dilakukan lebih transparan agar tujuan penghematan anggaran atas pembelian minyak subsidi ini bisa tercapai.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News