Reporter: Dimas Andi | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Trinitan Metals and Minerals Tbk (PURE), siap mendukung langkah pemerintah Indonesia untuk membangun industri baterai mobil listrik di dalam negeri.
Hal tersebut disampaikan oleh Direktur Utama Trinitan Metals and Minerals Petrus Tjandra baru-baru ini dalam menyikapi rencana pertemuan antara pemerintah Indonesia dengan produsen mobil listrik, Tesla Inc. pada bulan Februari 2021.
Menurut Petrus Tjandra, bangsa Indonesia memiliki modal utama untuk tampil sebagai produsen baterai mobil listrik berkat keberadaan sumber daya nikel terbesar di dunia dalam bentuk bijih nikel laterit yang seyogianya juga didukung oleh teknologi pengolahan bijih nikel untuk meningkatkan nilai tambah bijih nikel laterit di dalam negeri.
“Kami tidak setuju jika Indonesia dikatakan hanya punya bahan bakunya saja, namun belum memiliki teknologinya. Ini karena PURE sudah mengembangkan teknologi hidrometalurgi Step Temperature Acid Leach (STAL),” ujar Petrus dalam siaran pers yang diterima Kontan.co.id, Senin (11/1).
Baca Juga: Pemegang saham pengendali jual 19,23 juta saham Trinitan Metals (PURE)
Untuk diketahui, teknologi STAL merupakan salah satu teknologi pengolahan bijih nikel dan kobalt berbasis hidrometalurgi yang pertama kali dikembangkan di Indonesia oleh PURE.
Teknologi ini diklaim mampu melakukan konversi bijih nikel laterit berkadar rendah menjadi Pregnant Leach Solution (PLS) dalam waktu 4 jam yang kemudian dapat diolah ke produk lanjutannya seperti Mixed Hydroxide Precipitate (MHP) atau Mixed Sulphide Precipitate (MSP), maupun nikel murni atau Ni/Co sulfate.
Petrus menyebut, teknologi STAL merupakan hasil kerja keras dan investasi teknologi yang dilakukan PURE pada tahun 2020.
“Saya pribadi mengucapkan terima kasih untuk kerja keras Manajemen PURE yang lalu (sebelum RUPST tanggal 19 Agustus 2020), karena telah berjuang sekuat tenaga agar dapat berinvestasi dalam teknologi STAL. Kami bersyukur dan berharap bahwa kerja keras dan investasi teknologi yang telah dilakukan tersebut dapat bermanfaat bagi kemajuan bangsa Indonesia,” ungkap dia.
Beberapa waktu lalu, Pusat Sumber Daya Mineral Batubara dan Panas Bumi (PSDMBP) Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (KESDM), bersama ahli hidrometalurgi dari Institut Teknologi Bandung (ITB) Zaki Mubarok juga telah melakukan validasi terhadap teknologi STAL untuk mengetahui sejauh mana performa teknologi STAL dalam mengolah bijih nikel laterit berkadar rendah.
Perekayasa Ahli Utama PSDMBP Armin Tampubolon mengatakan, berdasarkan hasil pengujian yg dilakukan Zaki Mubarok dan tim bersama tim internal PURE dengan sampel bijih dari Luwuk, Sulteng yang hasilnya cukup baik, maka pihaknya berharap agar PURE dapat mengolah bijih nikel laterit berkadar rendah yang selama ini belum termanfaatkan dengan optimal di Indonesia.
Baca Juga: Ini anak usaha Trinitan Metals (PURE) yang bakal IPO di Kanada tahun depan
Adapun berdasarkan hasil pengujian terhadap proses STAL, Zaki menyimpulkan bahwa persentase ekstraksi nikel yang dihasilkan pada tahap leaching berkisar antara 84%-88%, sementara persentase ekstraksi kobalt berkisar antara 88%--92%. Dari 6 kali pengujian, konsumsi asam sulfat pada proses STAL secara umum signifikan lebih rendah dari proses direct atmospheric agitation leaching.
“Teknologi STAL pada prinsipnya sudah dapat menghasilkan tingkat recovery nikel dan kobalt yang acceptable dan dapat menurunkan konsentrasi besi yang ikut terlarut pada tahap leaching pada tekanan atmosfer, sehingga konsumsi asam sulfat dapat diturunkan,” tandas Zaki.
Selanjutnya: P2P lending bidang pendidikan, Pintek raih pinjaman US$ 21 juta dari Accial Capital
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News