Reporter: Adisti Dini Indreswari | Editor: Sandy Baskoro
JAKARTA. Peritel yang bergerak di industri fesyen, PT Trisula International Tbk, menggandeng investor asal Jepang, Toyoshima & Co Ltd untuk menggenjot ekspor ke Negeri Matahari Terbit. Menandai kerjasama itu, Toyoshima telah mengakuisisi 5% saham Trisula.
Namun manajemen Trisula enggan membeberkan nilai akuisisi itu. Yang pasti, Toyoshima membeli saham yang beredar di pasar. "Harganya mengikuti harga pasar," ujar Direktur Utama Trisula, Lisa Tjahjadi, saat konferensi pers, Kamis (14/3).
Porsi 5% kepemilikan tersebut setara dengan 50 juta saham Trisula. Selama tiga bulan terakhir, harga rata-rata saham berkode TRIS di Bursa
Efek Indonesia mencapai Rp 406 per saham. Jika mengacu ke harga itu, nilai transaksi akuisisi 5% saham Trisula mencapai Rp 20,3 miliar.
Lisa menjelaskan, Toyoshima masuk ke Trisula merupakan tindak lanjut dari perusahaan terafiliasi Toyoshima, PT TYSM Indonesia, yang sudah
menjalin kerjasama dengan Trisula selama lebih dari empat tahun. TYSM membantu menangani ekspor beberapa merek yang diproduksi Trisula ke
Jepang, antara lain Hush Puppies, Aoki, Aoyama, Cecile, Konaka, Nagasakikya, dan Xebio.
Di masa mendatang, Trisula membuka peluang untuk membawa merek yang ada dalam portofolio Toyoshima ke Indonesia. "Mereka sudah melihat pasar Indonesia yang tingkat keyakinan terus tumbuh," ujar Lisa.
Saat ini, penjualan Trisula masih didominasi oleh pasar ekspor, yaitu 70% hingga 75% dari total penjualan. Negara yang menjadi tujuan ekspor
Trisula antara lain Amerika Serikat, Inggris, Australia, Malaysia, dan Singapura.
Adapun Jepang mewakili 30% pasar ekspor Trisula. Namun, Trisula tidak memasang target kenaikan ekspor yang signifikan ke Jepang melalui kerjasama dengan Toyoshima. Perusahaan itu hanya berusaha membagi rata porsi ekspor, dengan mempertimbangkan nilai tukar mata uang dan kondisi ekonomi global.
Trisula menargetkan penjualan pada tahun ini mencapai Rp 660 miliar. Jumlah tersebut meningkat 17,86% dari penjualan tahun lalu yang diperkirakan senilai Rp 560 miliar. Walaupun kontribusi penjualan ekspor lebih besar, menurut Lisa, pertumbuhan penjualan ritel justru cenderung
lebih cepat.
Per akhir tahun lalu, Trisula sudah mengoperasikan 230 gerai untuk merek-merek ritelnya, yaitu JOBB, Jack Nicklaus, Uniasia, Man Club, serta G2000 yang baru diakuisisi tahun lalu.
Hingga akhir tahun ini, Trisula menargetkan memiliki 270 gerai. Ini berarti perusahaan akan membuka 40 gerai baru. "Kami akan membuka lebih
banyak gerai G2000 karena jumlah gerainya masih sedikit," ujar Lisa.
Untuk menambah gerai, tahun ini, Trisula mengalokasikan belanja modal sebesar Rp 7 miliar hingga Rp 8 miliar. Trisula juga berencana meningkatkan kapasitas produksi di tiga pabriknya dari semula 3 juta piece per tahun menjadi 3,2 juta piece per tahun. Untuk itu, Trisula mengalokasikan belanja modal US$ 500.000 hingga US$ 700.000.
Manajemen Trisula akan memenuhi seluruh belanja modal dari sisa perolehan dana penawaran saham perdana atau initial public offering (IPO). Namun, Lisa tak menyebutkan berapa sisa dana IPO tersebut.
Masih dari sisa dana IPO, Trisula juga berniat mengakuisisi sedikitnya satu merek fashion lagi pada tahun ini. Lisa memberikan sedikit bocoran,
merek yang tengah dibidik berasal dari luar Asia. Pengelola Trisula tengah bernegosiasi akhir dengan perusahaan sasaran untuk memasarkan
merek tersebut di Indonesia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News