Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemilihan Presiden Amerika Serikat (AS) antara Donald Trump vs Joe Biden akhirnya tiba. Pemilihan orang nomor satu di Negeri Paman Sam itu bakal mengundang sentimen global bagi perekonomian. Tak terkecuali untuk sektor energi dan pertambangan.
Direktur Eksekutif Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia (APBI) Hendra Sinadia memperkirakan, keduanya akan tetap membuat sektor batubara ada di dalam tekanan. Jika Biden menang, maka industri berbasis batubara akan tertekan. Sebab, kelompok Partai Demokrat merupakan pendukung Paris Agreement, yang menekan industri berbasis batubara. Sebagaimana pada masa pemerintahan Presiden Obama.
Sedangkan jika Trump yang melanjutkan kepemimpinannya, maka produksi batubara dari AS akan semakin banyak dan ekspor ke pasar diprediksi akan semakin kencang. "Sehingga berpotensi semakin menambah kompetisi dan oversupply di market. Akhirnya akan menekan harga," kata Hendra saat dihubungi Kontan.co.id, Selasa (3/11).
Dihubungi terpisah, Ketua Indonesian Mining and Energy Forum (IMEF) Singgih Widagdo juga menilai bahwa kemenangan Trump akan memperkuat batubara. Bahkan, Trump pun disebut-sebut akan memotong pajak batubara dan menarik ratifikasi Paris Agreement.
"Berarti, industri batubara akan tumbuh. Sebaliknya, Biden justru terus mempertahankan apa yang telah disepakati di Paris Agreement, bahkan memeprkuat" kata Singgih.
Baca Juga: Bahana TCW: Tunggu hasil pilpres AS, aliran masuk modal asing masih tertahan
Namun, jika Trump menang dan tetap mengadakan perang dagang dengan China, maka Indonesia akan terimbas. Sebab, akan terjadi penurunan ekspor China ke Amerika, yang berdampak pada penurunan kebutuhan energi dalam menggerakkan industri. Artinya, impor batubara yang dibutuhkan China akan mengalami penurunan.
Padahal, China merupakan pasar utama ekspor batubara dari Indonesia. Ekspor batubara pun masih menjadi tumpuan Indonesia, karena 75% dari hasil produksi masih ditujukan untuk pasar ekspor.
Sehingga jika melihat dari sisi kestabilan pasar, maka kemenangan Biden lebih diharapkan. "Untuk mengamankan dinamika bisnis pertambangan, tentu kemenangan Biden lebih akan menstabilkan pasar," kata Singgih.
Kendati demikian, Singgih menilai bahwa dampak secara langsung Pilpres AS terhadap pertambangan di Indonesia tidak lah signifikan. Lantaran Amerika pun bukan saingan utama pasar batubara Indonesia.
Sedangkan dari sisi industri mineral, hilirisasi di Indonesia masih dikuasai oleh China dan perusahaan tambang raksasa seperti PT Freeport Indonesia (PTFI) sebagian sahamnya sudah dikuasai Indonesia, dan tetap akan mengacu pada rencana kerja.
Hal itu pun diamini oleh Presiden Direktur Freeport Indonesia, Tonny Wenas. Dia bilang, PTFI memiliki long term investment plan yang telah disepakati oleh para pemegang saham. Sehingga, siapa pun nanti yang memenangi Pilpres di AS tidak akan mengganggu rencana bisnis Freeport.
"Kami akan fokus menjalankan itu. Bagi kami siapapun yang menang sama saja," pungkas Tonny kepada Kontan.co.id, Selasa (3/11).
Selanjutnya: Ini kisah bagaimana Pemilu AS memecah belah keluarga di Amerika
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News