Reporter: Sofyan Nur Hidayat | Editor: Test Test
JAKARTA. Sejumlah usaha kecil menengah (UKM) yang tergabung dalam Small and Medium Enterprise Assosiation of Japan (SMEJ) bakal merelokasi unit usahanya ke Indonesia. Mereka melakukan relokasi lantaran ongkos produksi di Jepang semakin mahal.
Yasunobu Shiraishi, Ketua SMEJ mengatakan, Indonesia merupakan negara yang penting bagi Jepang dalam kerjasama bisnis. Untuk itu, Jepang juga akan terus meningkatkan investasinya di Indonesia. Pertama-tama, "UKM Jepang akan bekerjasama dengan UKM dari Indonesia dengan mengkombinasikan teknologi Jepang yang sudah maju dengan pertumbuhan pasar Indonesia yang terus berkembang," kata Shiraishi, usai penandatangan kerjasama Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) dan SMEJ, Senin (11/7).
Sayang, Shiraishi enggan menyebut nilai investasi yang akan dilakukan. Yang jelas, dalam kerjasama ini, Indonesia dan Jepang akan menggelar pelatihan bisnis forum UKM serta transfer teknologi dari UKM Jepang kepada UKM Indonesia.
Dalam kesempatan yang sama, Sofjan Wanandi, Ketua Apindo mengatakan, UKM asal Jepang yang akan memindahkan pusat bisnisnya di sini berjumlah ratusan unit. Mereka berasal dari berbagai industri di antaranya garmen dan kerajinan tangan.
Sofyan pun mengakui, ongkos produksi yang mahal menjadi penyebab UKM Jepang pindah ke Indonsia. Di Negeri Sakura itu, para UKM harus menanggung upah tenaga kerja yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan di Indonesia. "Mereka menilai relokasi ke Indonesia tepat karena ongkos produksi murah," kata Sofjan. Nantinya, UKM Jepang akan memproduksi barang di sini, lalu mengekspornya ke Jepang.
Menanggapi hal ini, Menteri Perindustrian, MS Hidayat mengatakan UKM dari Jepang boleh masuk ke Indonesia asal bekerjasama dengan UKM lokal. Selain itu, dalam jangka panjang mereka harus bisa meningkatkan ketahanan UKM di dalam negeri. "Mereka tetap harus mematuhi persyaratan investasi yang ada," kata Hidayat.
Tahun 2010, industri kecil dan menengah di dalam negeri mencapai 3,8 juta unit. Total investasi dari sektor UKM pada tahun lalu mencapai Rp 223,3 miliar. Adapun jumlah tenaga kerja yang terserap oleh UKM mencapai 8 juta orang.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News