Reporter: Asnil Bambani Amri |
(Update: pada paragraf ke-tujuh dan selanjutnya)
JAKARTA. Indeks Kepercayaan pelaku Usaha Kecil dan Menengah (UKM) Indonesia berada dititk stabil dan cenderung naik sedikit atau dua poin dibandingkan dengan 6 bulan lalu. Kenaikan tersebut rupanya didorong oleh agresifnya UKM di Indonesia yang menyerbu pasar global.
"32% responden berencana akan melakukan transaksi global," Jeffrey C. Tjoeng, Head of Business Bangking HSBC Indonesia di Jakarta, Senin (26/7)
Menurut Jeffrey, UKM Indonesia yang akan bertransaksi internasional tersebut cukup agresif karena selama ini kebanyakan UKM di Indonesia berorientasi domestik. Dalam survey tersebut, 26% responden sudah melansir bisnisnya ke berbagai pelosok dunia.
Dari hasil survei tersebut juga menunjukkan, 42% responden dari pelaku UKM itu percaya bahwa akan terjadi pertumbuhan ekonomi Indonesia setidaknya dalam 6 bulan ke depan. Bahkan, 27% responden percaya pertumbuhan ekonomi Indonesia yang akan terus meningkat.
Jeffrey menyebutkan, optimisme pelaku UKM di Indonesia tersebut bisa mengerek kepercayaan mereka untuk melakukan penambahan modal.
"Hampir separuh atau 49% dari total responden mempertahankan belanja modal mereka, dan 34% akan meningkatkan modalnya untuk ekspansi," jelas Jeffrey. Hasil penelitian HSBC itu menyebutkan 93% pelaku UKM tidak berkeinginan untuk mengurangi tenaga kerjanya. Bahkan kecenderungannya 74% berencana untuk menambah jumlah karyawan.
Terkendala kebijakan pemerintah
Sayangnya, UKM Indonesia harus berjibaku dengan kebijakan yang dikeluarkan oleh negara; seperti pajak, pengawasan atau regulasi lainnya termasuk kenaikan TDL, dan kenaikan tarif tol. Kebijakan pemerintah tersebut dianggap sebagai kendala dari sektor UKM untuk tumbuh lebih cepat.
"UKM Indonesia berpandangan bahwa regulasi merupakan hambatan terbesar dari UKM untuk tumbuh," kata Winarti W, Senior Vice Presiden Business Banking HSBC Indonesia.
Tak hanya itu saja, imbuh Winarti, masalah yang dihadapi oleh UKM di Indonesia untuk bisa masuk ke pasar international adalah minimnya pengetahuan perdagangan, termasuk juga amsalah pendanaan.
Winarti menyebutkan, banyak UKM di Indonesia tidak percaya diri untuk melakukan ekspor dan impor. Dari hasil survey yang dilakukan HSBC tersebut, dari 300 responden, 45% responden mengeluhkan kebijakan dari pemerintah tersbut, setelah itu 44% bermasalah dalam faktor pendanaan termasuk kompleksitas dari beberapa pasar internasional.
Namun secara umum, hasil survei dari HSBC menyimpulkan dua tahun mendatang 23% UKM di Indonesia akan memperluas perdagangannya ke pasar internasional. Perdagangan yang dilakukan itu bisa berupa ekspor dan juga impor, sedangkan negara yang paling dituju adalah China 46%, Asia 43%, AS dan Kanada 27%, India 20%, Germany, 9%, Inggris 8% dan Timur Tengah 4%. "Kecendrungan UKM sekarang mengarah ke negara sesama emerging market," kata Winarti.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News