kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.347.000 0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Volume produksi dan penjualan alat berat masih melemah


Senin, 14 Oktober 2019 / 18:23 WIB
Volume produksi dan penjualan alat berat masih melemah
ILUSTRASI. Sejumlah alat berat Komatsu milik United Tractors


Reporter: Agung Hidayat | Editor: Azis Husaini

KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Lantaran permintaan alat berat tidak mengalami peningkatan dibandingkan tahun lalu, maka hal ini berdampak bagi produksinya. Menurut Himpunan Alat Berat Indonesia (Hinabi) produksi alat berat diperkirakan tidak menguat seperti tahun lalu.

Mengenai hasil produksi sampai kuartal ketiga tahun ini, Jamaluddin, Ketua Hinabi mengatakan masih menunggu laporan dan perhitungan penjumlahan semua pabrikan. Namun ia memprediksi masih terjadi penurunan, kisaran single digit dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

Baca Juga: Produksi dan Jasa Tambang Naik, Penjualan Alat Berat United Tractors (UNTR) Turun

Hinabi biasanya memaparkan data per tiga bulan, dimana pada semester-I produksi tercatat sebanyak 3.240 unit atau turun 4,1% dari periode sama tahun lalu sebesar 3.379 unit. Menurut Jamaluddin tren batubara yang melemah turut menyurutkan produksi pabrikan.

"Seperti yang diketahui, sektor pertanbangan (mining) itu menyerap besar permintaan alat berat," terangnya kepada Kontan.co.id, Senin (14/10). Setidaknya hampir 40% konsumsi alat berat diisi sektor tersebut, sedangkan 30% untuk sektor konstruksi dan sisanya masing-masing untuk sektor agri dan logistik.

Oleh karena itu Hinabi memproyeksikan produksi alat berat sampai akhir tahun berada pada level 7.000 unit saja, lebih rendah dibandingkan tahun lalu yang mencapai 7.981 unit. Sementara itu untuk kapasitas terpasang pabrikan nasional tahun ini telah mencapai 12.500 unit per tahun, hanya saja utilisasi masih belum berada pada level 60%.

Baca Juga: Jasa Marga kejar target konstruksi Tol Manado-Bitung selesai pada kuartal II-2020

Sementara itu bagi distributor alat berat seperti PT Hexindo Adiperkasa Tbk memang tidak membidik tinggi volume penjualan sepanjang tahun fiskal April 2019 - Maret 2020 ini. Hal ini disebabkan perseroan kondisi pasar alat berat yang belum memperlihatkan pertumbuhan yang signifikan.

"Perang dagang berdampak besar bagi sektor ini, belum lagi kondisi politik pasca pemilu masih belum baik, jadi pelaku usaha wait and see," terang Djonggi Gultom, Direktur HEXA.

Tak muluk-muluk, HEXA membidik penjualan alat berat untuk jenis eskavator saja sejumlah 1.916 unit untuk tahun fiskal April 2019 - Maret 2020 turun 7,4% dimana pada tahun fiskal sebelumnya perseroan mencatatkan penjualan 2.071 unit eskavator.

Baca Juga: Dua emiten catat kinerja apik, analis sebut penjualan lahan industri lebih berisiko

Namun dari segi market share Djonggi bilang HEXA optimistis berada dikisaran 24% untuk tahun fiskal ini, dimana perusahaan memprediksi permintaan eskavator nasional tahun fiskal ini turun 14% year on year (yoy) menjadi 7.980 unit. Adapun untuk periode April-Agustus 2019 ini perseroan masih dapat membukukan penjualan kisaran 780 unit dengan pangsa pasar diatas 20%.

Tak hanya bergantung pada sektor tambang, HEXA bilang perusahaan juga memperkuat penetrasi di sektor perkebunan, kehutanan dan infrastruktur. "Di tambang kami gali potensinya tidak hanya menjual alat berat, tapi juga ada paket yang ditawarkan seperti spareparts, perawatan dan lainnya," sebut Djonggi.

Langkah tersebut dipercaya mampu mengerek kontribusi bisnis non alat berat dan mendorong margin keuntungan perseroan. Tak heran, perseroan membidik segmen bisnis spareparts misalnya diproyeksikan menyumbang US$ 134,37 juta di tahun fiskal April 2019 - Maret 2020 atau naik 25% dibandingkan perolehan periode sebelumnya US$ 107,57 juta.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×