kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45916,01   -19,50   -2.08%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Asosiasi Keramik: Safeguard tak selamanya melindungi dari gempuran impor


Jumat, 16 Maret 2018 / 10:57 WIB
Asosiasi Keramik: Safeguard tak selamanya melindungi dari gempuran impor
ILUSTRASI. Menperin kunjungi pameran keramik


Reporter: Agung Hidayat | Editor: Sanny Cicilia

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Meski Asosiasi Aneka Industri Keramik Indonesia (Asaki) nantinya bakal mengajukan safeguard untuk produk keramik, Elisa Sinaga, Ketua Umum Asaki mengatakan, produsen tetap harus meningkatkan daya saing karena safeguard tersebut relatif sementara.

Lebih lanjut Elisa menilai, safeguard merupakan salah satu pengaman industri dalam negeri dari gempuran produk impor. Namun, safeguard tidak bisa berlaku selamanya sehingga industri tidak bisa berlindung sepenuhnya pada kebijakan ini.

"Biasanya kan safeguard untuk 3 tahun hingga 5 tahun, hanya sementara dalam menjaga keberlangsungan industri selama membenahi daya saing. Kami juga dorong industri keramik bisa bersaing tanpa safeguard," ujarnya kepada Kontan.co.id, Jumat (16/3).

Saat ini, asosiasi sedang mengajukan safeguard kepada pemerintah yang diwakilkan oleh lima perusahaan sebagai petisioner. Industri keramik menghadapi masalah kenaikan impor di saat permintaan domestik menurun.

Produk keramik impor asal China diklaim banyak masuk ke pasar dalam negeri, apalagi tahun ini, kata Elisa, bea masuk Asean-China Free Trade Agreement turun dari 20% menjadi 5% dan dikhawatirkan impor semakin meningkat.

Elisa menyebutkan impor keramik terus meningkat tiap tahun dengan rerata pertumbuhan sebesar 20%. Pada tahun ini, dia memperkirakan impor bisa tumbuh hingga 40% dengan penurunan bea masuk.

"Selain itu, kami juga ingin mengajukan kalau mungkin produk keramik masukpre-shipment inspection. Ini karena kami diperlakukan demikian kalau mau ekspor oleh negara yang kami tuju," jelas Elisa.

Asosiasi juga akan terus memperjuangkan penurunan harga gas industri untuk menekan biaya produksi. Harga gas yang tinggi menyebabkan produk keramik dalam negeri sulit bersaing dengan produk impor yang memiliki harga lebih murah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×