kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Bisnis air minum dalam kemasan mulai membaik di kuartal I 2018


Minggu, 15 April 2018 / 12:11 WIB
Bisnis air minum dalam kemasan mulai membaik di kuartal I 2018
ILUSTRASI. Perusahaan Air Minum dalam Kemasan Terbesar di Dunia (Penjualan 2016) : Nestle Waters


Reporter: Agung Hidayat | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Meski dijejali tantangan seperti penurunan daya beli dan rancangan regulasi yang tidak bersahabat, industri air minum dalam kemasan (AMDK) masih positif memandang bisnis di 2018 ini. Adapun di awal tahun setidaknya geliat pertumbuhan industri ini mulai tampak.

Rachmat Hidayat, Ketua Asosiasi Perusahaan Air Minum dalam Kemasan Indonesia (Aspadin) mengatakan, pertumbuhan bisnis masih dapat digali lagi. "Kuartal satu ini sudah ada perbaikan meski belum cukup besar," kata Rachmat kepada Kontan.co.id, Minggu (15/4).

Peningkatan daya beli di masyarakat di tiga bulan pertama tahun ini tampaknya menjadi pemantik pertumbuhan bisnis sektor ini. Adapun Rachmat berharap memasuki bulan puasa nanti bakal ada lonjakan permintaan yang lebih besar.

"Kami berharap ada dorongan besar dari masa puasa lebaran ini," tuturnya. Normalnya, kata Rachmat, pada masa bulan puasa dan lebaran bisnis AMDK bisa meningkat 20% dibandingkan bulan-bulan lainnya.

"Tapi 2017 kemarin hanya single digit. Kami sendiri masih optimis asal syaratnya regulasi lebih kondusif," ungkapnya. Regulasi yang dimaksud ialah Rancangan Undang-Undang (RUU) Sumber Daya Alam (SDA).

Rachmat menilai ada salah interpretasi dalam penyusunan RUU SDA, lantaran pemerintah menyamakan air minum dalam kemasan (AMDK) dengan air perpipaan. "Kalau itu diwajibkan oleh undang-undang, artinya sama saja tidak boleh berbisnis AMDK kecuali dilibatkan BUMD, BUMN. Kami tidak lihat kerangka logikanya kenapa harus begini," urainya.

Aspadin sebelumnya memperkirakan pertumbuhan di industri ini bisa tumbuh double digit atau sekitar 10%. Volume penjualan tahun lalu mencapai 27 miliar liter. Menurut Rachmat proporsinya tahun lalu masih 60% dari air kemasan berbentuk galon dan 40% sisanya dari botol.

Wisnu Adjie, Direktur PT Akasha Wira International Tbk (ADES) mengatakan, bisnis AMDK tidak memiliki margin terlalu besar. Produsen AMDK dengan merek Nestle Pure Life ini berencana mengembangkan pabrik baru di Pandaan, Jawa Timur dengan kapasitas terpasang 200.000 liter per tahun.

Untuk market share, Wisnu mengaku Nestle Pure Life belum terlalu besar. Pangsa pasar Nestle Pure Life masih kisaran 3% dari total permintaan nasional.

Sedangkan PT Singa Mas Indonesia tengah membidik segmen premium di pasar AMDK. Santo Kadarusman, Public Relations & Marketing Event Manager Singa Mas Indonesia mengatakan, pasar yang tersegmentasi menyebabkan perusahaan harus jeli melihat sasaran konsumennya.

"Segmen premium seperti ini masih terlihat di horeca, yakni hotel, restoran dan cafe," ujar Santo. Ia memperkirakan, kemungkinan produk premium baru mempunyai porsi 10% dari total permintaan AMDK di dalam negeri sedangkan sebagian besar 90% diisi oleh produk reguler.

Anak usaha Charoen Pokphand Group ini telah berbisnis AMDK dengan merek Frozen Mineral Water. Singa Mas menargetkan pertumbuhan penjualan hingga 200%-300% per tahun untuk semua jenis produknya.

Kapasitas produksi Frozen Mineral Water mencapai 300.000 karton (1 karton 24 botol) per bulan. Produk ini tersedia dalam berbagai varian, ukuran botol 600 ml, botol 1500 ml dan galon 19 liter yang di produksi di Pandaan, Jawa Timur.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×