Reporter: Gentur Putro Jati |
JAKARTA. PT Dirgantara Indonesia (Persero) atau PTDI mulai mengembangkan kemampuan dan kapasitas hangar sebelum melakukan perawatan 30 pesawat Sukhoi SuperJet 100 (SSJ100) milik PT Kartika Airlines mulai 2012.
Sri Jaka Heri Kusnanta, Kepala Departemen Rekayasa PTDI menjelaskan, saat ini perusahaannya tengah menyiapkan satu hangar tambahan khusus untuk merawat SSJ100 milik Kartika. "Kami sudah memilik satu hangar kapasitas tiga unit yang bisa digunakan untuk merawat pesawat SSJ100. Namun kami siapkan satu hangar lagi dengan kapasitas dua unit sehingga perawatan pesawat Kartika itu bisa dilakukan sesuai jadwal," kata Sri Jaka, Jum'at (12/11).
Vice President MRO PTDI Eddy Gunawan menyebut angka Rp 4 miliar sebagai nilai investasi yang ditanam perseroan untuk membangun hangar tersebut. "Nilainya bisa bertambah, karena kami juga harus investasi peralatan bengkel khusus Sukhoi. Karena peralatannya berbeda dengan alat Boeing yang kami miliki," kata Eddy.
Selain menyiapkan fasilitas dan peralatan bengkel pesawat, PTDI juga sedang mengurus sertifikat rating dan pendidikan teknisi sebagai syarat merawat SSJ100. Sri Jaka mengaku tengah membicarakan proses sertifikasi tersebut dengan Superjet Internasional, perusahaan bentukan Sukhoi Civil Aircraft Co (SCAC) Rusia dengan ALinea yang khusus mengurusi komersialisasi SSJ100.
"Saat ini SSJ100 memang masih prototipe sebelum diproduksi komersil mulai 2011. Sementara untuk Kartika, delivery dilakukan mulai Mei 2012. Sehingga pihak Superjet Internasional memang tengah mengumpulkan bengkel mitra untuk mendapatkan sertifikat perawatan pesawat itu," jelasnya.
Sri Jaka menargetkan paling lambat tahun depan, PTDI sudah harus memiliki sertifikat tersebut; sekaligus membekali 24 orang teknisi yang dikhususkan merawat pesawat tersebut minimal 6 bulan sebelum mulai melakukan perawatan.
SSJ100 disebutnya memiliki siklus perawatan yang lebih lama dibandingkan pesawat komersil buatan pabrikan lainnya. Jika Airbus mewajibkan C-Check dilakukan untuk durasi penerbangan 3.000 jam, maka SSJ100 dilakukan setelah dipakai terbang 7.500 jam. Kartika sendiri dikabarkan akan menjadikan Bandara Soekarno-Hatta sebagai bandara utama tempat parkir 30 unit SSJ100 yang akan digunakan untuk penerbangan domestik dan regional Asia.
Sayangnya, dua orang itu enggan menyebutkan berapa potensi yang bisa diperolehnya dari Kartika dengan merawat SSJ100.
"Proposal teknis baru disampaikan ke Kartika bulan lalu. Selain itu kita belum tahu apakah mereka juga mau ikut investasi dalam pengembangan bengkel dan hangarnya. Kalau investasi seluruhnya diserahkan ke PTDI tentu tarifnya lebih mahal, lalu kalau jangka waktu kontraknya pendek tentu tarif juga lebih mahal. Namun diharapkan sebelum 2012 sudah ada keputusan bisnis," kata Eddy.
20 Juli lalu di ajang Farnborough Air Show 2010, Kartika Airlines meneken kontrak pengadaan 30 SSJ100 senilai US$ 840 juta dengan Sukhoi Civil Aircraft Co (SCAC), Rusia.
"Berdasarkan kontrak, mulai 2012 SCAC akan menyerahkan satu pesawat setiap bulan. Kami menambah armada setelah mendapat dukungan pendanaan dari investor baru. Sehingga Kartika Airlines bisa menjadi maskapai Full Service," kata Direktur Utama Kartika Airlines Kim Johanes Mulia.
Kim tidak menjelaskan siapa investor yang dimaksud dan bagaimana mekanisme pembiayaan pembelian pesawat tersebut. Namun, dalam situs resmi maskapai itu dijelaskan bahwa pasca diakuisisi oleh PT Intra Asia Corpora, Kartika Airlines berniat menerapkan standar baru penerbangan dengan moto lebih cepat, tepat waktu, dan layanan handal.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News