kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.347.000 0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Industri berbasis gas akan berdiri di Papua


Kamis, 14 April 2016 / 12:51 WIB
Industri berbasis gas akan berdiri di Papua


Reporter: Febrina Ratna Iskana | Editor: Dupla Kartini

JAKARTA. Pemerintah tengah merumuskan pembentukan kawasan industri khusus berbasis gas di Papua. Lokasi industri tersebut bakal berdekatan dengan sumber gas di Blok Tangguh, Papua Barat dan Blok Genting.

Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, IGN Wiratmaja Puja menyatakan, pemerintah menginginkan pabrik pupuk dibangun dekat Blok Tangguh. Gas untuk pabrik pupuk tersebut akan dipasok dari Blok Tangguh Train III.

Wiratmaja memperkirakan, kebutuhan gas di satu pabrik pupuk di kawasan tersebut volumenya sekitar 180 mmscfd. "Pabrik pupuknya kami harapkan dibangun oleh PT Pupuk Indonesia. Alokasi gasnya sedang diharmoniskan dengan pengembangan Tangguh Train III," kata Wiratmaja ke KONTAN, Rabu (13/4).  

Selain membangun pabrik pupuk di kawasan Bintuni Papua, pemerintah juga ingin membangun pabrik petrokimia. Namun Kepala SKK Migas Amien Sunaryadi menyatakan, prediksi produksi gas dari Tangguh Train III sementara ini masih diperuntukan untuk memenuhi industri pupuk saja. "Cadangan gas Tangguh tidak ada untuk petrokimia," katanya.

Oleh karena itu, pemerintah akan mengalihkan proyek petrokimia dibangun di dekat  Lapangan Kasuri yang dioperasikan oleh Genting Oil. Lapangan migas tersebut masih berdekatan Blok Tangguh.  

Cadangan gas di Lapangan Kasuri mencapai 1,8 tcf dengan potensi produksi gas mencapai 80 mmscfd-100 mmscfd. SKK Migas sudah menyampaikan rencana tersebut kepada Genting Oil agar operator ini bisa mencari mitra bisnis yang bisa membangun pabrik petrokimia di lokasi tersebut.

SKK Migas mengklaim sebelumnya sudah pernah mendapatkan tawaran dari Ferrostaal yang berminat untuk menjadi partner Genting Oil di Lapang Kasuri sekaligus membangun pabrik Petrokimia di daerah tersebut. "Namun Ferrostaal meminta harga gas US$ 3 per mmbtu.

Menurut perhitungan kami, itu terlalu kecil. Jadi akan merugikan penjual gas, sementara industri petrokimia menikmati keuntungan besar," ungkap Amien.

Oleh karena itu, SKK Migas meminta Genting Oil kembali mencari mitra bisnis yang tidak hanya mau membangun pabrik petrokimia tetapi juga mau menyiapkan lahan dan membangun pembangkit listrik.

Genting sebenarnya tercatat sedang membangun satu pembangkit listrik di Cilegon Banten. "Kami meminta dari Genting untuk menjajaki mitra dari Malaysia maupun dari China," imbuhnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×