kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.347.000 0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Millennium Pharmacon kejar kontrak eksklusif


Jumat, 26 Desember 2014 / 22:54 WIB
Millennium Pharmacon kejar kontrak eksklusif
ILUSTRASI. Simak syarat dan ketentuan menikmati promo Jenius untuk belanja di Shopee, Tokopedia & Blibli yuk!


Reporter: Febrina Ratna Iskana | Editor: Yudho Winarto

JAKARTA. Perusahaan distributor obat tengah mencari celah untuk tetap bisa mencetak untung gede di tengah dampak negatif kebijakan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) awal November 2014 lalu. Salah satu cara yang ditempuh adalah dengan mencari kontrak eksklusif dengan prinsipal.

Direktur Utama PT Millennium Pharmacon International Tbk Mohamad Muhazni bin Mukhtar bilang, dampak kenaikan harga BBM, kini beban operasional perusahaan yang sahamnya tercatat bursa Efek Indonesia dengan kode SDPC ini mengalami kenaikan sebesar 23%.

Selain itu ada beban tambahan kenaikan upah tenaga kerja. Namun, di sisi lain, SDPC tidak bisa langsung membebankan kenaikan biaya operasional ini dengan menaikan komisi jasa distribusi kepada para prinsipal.

Maklum saja pada bisnis distribusi obat ini ada persaingan yang ketat. Jika asal mengerek komisi, maka prinsipal bisa pindah mencari distributor yang lain. Karena itulah manajemen SDPC berupaya mencari terobosan mengatasi situasi ini.

"Strategi kami dengan inovasi nilai, apabila kami memberikan layanan yang lebih, kami bisa berharap mendapatkan komisi yang lebih dari prinsipal," ujar Mohamad, Rabu, (25/12).

Salah satu contoh inovasi nilai dengan melakukan pemasaran terhadap prinsipal tertentu. Prinsipal yang sudah melakukan kontrak eksklusif dengan Millennium Pharmacon adalah Barakah Saudah.

Kepada perusahaan ini Millennium tidak hanya memberikan layanan distribusi tetapi juga ikut promosi terhadap produk dari Barakah Saudah. Dengan cara ini, SDPC bisa mendapatkan komisi yang lebih besar. "Dengan mendistribusikan satu produk Barakah, kami bisa mendapatkan komisi yang lebih besar 15%," katanya.

SDPC kini berharap bisa mendapatkan kontrak eksklusif dari pabrik obat, PT Errita Pharma yang merupakan sister company MPI. Manajemen berharap MPI bisa meraih target penjualan 2014 segede Rp 1,4 triliun-Rp 1,5 triliun. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×