kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45915,95   -19,57   -2.09%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pencurian minyak di Riau makin marak


Senin, 25 Maret 2013 / 08:00 WIB
Pencurian minyak di Riau makin marak
ILUSTRASI. BTPN Syariah


Reporter: Diemas Kresna Duta | Editor: Azis Husaini

PEKANBARU. PT Chevron Pacific Indonesia (CPI) menyatakan, sepanjang tahun 2012 hingga pertengahan Maret 2013, telah terjadi 38 kasus pencurian minyak atau illegal tapping yang menimpa jaringan fasilitas pipanya di Riau dengan total pencurian 4.700 barel dan merugikan Negara US$ 4,2 miliar.  

Senior Vice President Sumatera Operation Support CPI, Albert Simanjuntak mengatakan, pencurian itu sudah mengganggu aktivitas produksi minyak yang dilakukan perusahaan. "Tahun lalu, illegal tapping di CPI mencapai sekitar 37 kasus. Sementara hingga Maret 2013, sudah terjadi satu kali," ungkapnya akhir pekan lalu.

Albert menerangkan, pencurian itu terjadi di jaringan pipa Chevron, mulai dari Lapangan Minas ke Duri, kemudian pipa dari Duri ke Dumai, lalu pipa Balam ke Bangko hingga Bangko ke Dumai. Total jaringan pipa tersebut hampir sepanjang 1.000 kilometer (km).

Albert mengungkapkan, aksi pencurian dilakukan dengan cara membolongi pipa yang berukuran 16 inci. Jika aksi ini tidak segera dibendung, praktik illegal taping diprediksi akan semakin marak di beberapa jaringan pipa milik Chevron. "Harus ada tindakan yang tegas dari aparat yang berwenang. Menurut data di lapangan, pencuri seringkali menggunakan senjata api dalam aksinya dan kami tentu tidak akan maksimal jika menghadapi sendirian," imbuh dia.

Albert memperkirakan, dengan hilangnya 4.700 barel minyak tersebut, Negara dirugikan sekitar Rp 4,2 miliar. Ini dihitung dari kalkulasi harga minyak internasional yang mencapai US$ 95 per barel. "Ini menjadi kerugian Negara karena masuk kan dalam cost recovery," ungkapnya.

Guna menekan aktivitas pencurian tersebut, Albert mengungkapkan, diperlukan kerjasama dari seluruh stakeholder seperti Pemerintah, Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), dan Kepolisian.

Albert mengatakan, Pemerintah Daerah (Pemda) pun harus turun tangan untuk selesaikan masalah tersebut. Pasalnya, pencurian tersebut juga disinyalir berawal dari kurangnya koordinasi antar-aparat di lapangan.

Deputi Pengendalian Operasi SKK Migas, Muliawan mengungkapkan, pihaknya akan menindaklanjuti laporan Chevron ini. "Sebelumnya kami sudah menangani pencurian minyak di Sumsel. Khusus Riau, kami akan segera berkoordinasi dengan polisi setempat," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×