kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45935,51   7,16   0.77%
  • EMAS1.335.000 1,06%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Penyelenggara umroh keluhkan pemain tidak berizin


Sabtu, 05 Mei 2012 / 16:39 WIB
Penyelenggara umroh keluhkan pemain tidak berizin
ILUSTRASI. Kumpulan material kayu yang dibutuhkan untuk membuat perabotan di Genshin Impact 1.5


Reporter: Uji Agung Santosa |

JAKARTA. Persaingan bisnis jasa perjalanan atau travel dan umroh makin ketat. Makin banyaknya pemain di bidang ini membuat tarif pelayanan umroh makin murah. Namun pelaku industri ini mengaku persaingan jasa umroh makin tak sehat.

Budi Rianto, Direktur Utama PT Qifaya Tour & Travel mengatakan, ketatnya tarif jasa umroh disebabkan makin banyaknya perusahaan travel yang tidak memiliki izin umroh namun menyelenggarakan umroh. "Mereka merusak pasar karena menjual tarif murah," katanya kepada KONTAN.

Menurut Budi, saat ini hanya ada sekitar 300 perusahaan umroh resmi yang tergabung dalam Himpunan Penyelenggara Umroh dan Haji (Himpuh) dan Asosiasi Muslim Penyelenggara Haji dan Umroh (Amphuri).

Budi menambahkan, walau memberikan harga murah namun banyak keluhan masyarakat yang mengaku telantar saat ikut dalam umroh dari perusahaan tak berizin. Selain itu, dari sisi ibadah juga tidak diperhatikan, karena perusahaan-perusahaan itu semata-mata hanya mengejar keuntungan bisnis.

Nah, layanan umroh dari perusahaan tak berizin, ungkap Budi, biasanya bermain di layanan bintang 3 ke bawah. Saat ini layanan umroh bintang tiga biayanya rata-rata mencapai US$ 1.500-1.600, bintang 4 rata-rata US$ 1.900, dan bintang 5 tarif rata-ratanya US$ 2.300. "Kalau yang tidak berizin di bawah itu, maksimal bintang 4," kata Budi yang juga Sekretaris Umum Himpunan Pengusaha Pribumi Indonesia (HIPPI) Jakarta.

Rudiana, Wakil Ketua Asosiasi Agen Tour dan Travel Indonesia atau Association of the Indonesian Tours & Travel Agency (ASITA) mengatakan, keluhan pengusaha umroh ini disebabkan makin maraknya warga negara keturunan Timur Tengah yang membuka bisnis travel dan umroh di Indonesia.

Dia mengatakan, dengan jaringan di Arab Saudi yang sudah terbentuk, pada pebisnis baru itu bisa memberikan biaya umroh yang sangat murah. Hanya saja, dia mengakui banyaknya keluhan dari masyarakat yang merasa ditelantarkan karena setelah sampai di Arab, layanan akomodasi yang diberikan tidak sama seperti yang dijanjikan .

Rudiana mengakui, banyak pemain-pemain baru di layanan umroh yang hanya memiliki ijin jasa travel. "Izinnya beda, kalau travel cukup di Dinas Pariwisata Daerah. Namun izin umroh di Kementerian Agama," katanya.

Menurut Rudiana pertumbuhan pasar layanan umroh yang mencapai 15%-20% per tahun membuat bisnis ini sangat menggiurkan. Menurutnya, dengan biaya rata-rata US$ 1.300-US$ 2.000 per orang, setiap penyelenggara umroh bisa memberangkatkan 50 grup per tahun dengan masing-masing grup mencapai 30 sampai 40 orang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×