kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Peritel wajib inovasi dan renovasi


Selasa, 25 Juni 2019 / 20:49 WIB
Peritel wajib inovasi dan renovasi


Reporter: Amalia Fitri | Editor: Azis Husaini

KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Sepanjang tahun 2018, PT Hero Supermarket Tbk (HERO) tercatat telah menutup 26 gerainya. Di awal semester II 2019 mendatang, tepatnya 28 Juli 2019, Hero kembali menutup 6 gerainya di kawasan Jabodetabek. Yakni, Giant Express Pondok Timur, Giant Express Cinere Mall, Giant Express Mampang, Giant Express Jatimakmur, dan Giant Extra Wisma Asri.

Asnan Furinto Pengamat Strategi Korporasi dari Universitas Bina Nusantara berpendapat dampak penutupan 6 gerai tersebut berasal dari perubahan perilaku konsumen di era digital, termasuk bagaimana cara konsumen berbelanja hingga menghabiskan waktu di akhir pekan.

"Masyarakat lebih banyak menghabiskan waktu ke pusat perbelanjaan seperti mall, dibandingkan meluangkan waktu khusus untuk berbelanja ritel," tuturnya saat dihubungi Kontan, Selasa (25/6).

Ditambah dengan keberadaan dan penetrasi toko ritel yang lebih kecil di kawasan suburban atau pinggir kota, masyarakat tidak lagi perlu pergi jauh hanya untuk berbelanja.

Sementara Daniel Saputra, selaku pengamat manajemen dari Universitas Bina Nusantara mengatakan, penggunaan teknologi dan internet menjadi salah satu elemen perubahan yang membuat lesu HERO.

Ia menjabarkan penyebab kegagalan eksternal dan internal yang membayangi HERO. "Mereka tidak bisa mengikuti hal-hal ini. Dari sisi eksternal, ada perubahan teknologi dan internet, perubahan konsumen, dan kompetitor. Dari segi kompetitor, mereka tak bisa membendung pesaing yang datang dari industri lain, misalnya Gojek dan Grab yang punya fasilitas belanja ritel," ungkapnya kepada Kontan, Selasa (25/6).

Sementara dari sisi internal, Daniel menyebut kemungkinan adanya hambatan dari sisi strategi bisnis, eksekusi dan kepemimpinan. Dengan demikian, Daniel berpendapat, ritel harus melakukan renovasi dan inovasi.

"Hal ini bisa dilakukan dengan merambah online atau menjadikan tempat semi-mall. Tapi tak perlu mentah-mentah mengekor kompetitor juga, bisa dijadikan referensi tapi perhatikan SWOT perusahaan sendiri," ujar Daniel.

Hal ini perlu dilakukan sebab industri ritel dinilai tidak akan berkurang, bahkan dengan bertambahnya jumlah penduduk, peningkatan daya beli masyarakat, dan jumlah kelas menengah, kebutuhan ritel malah terus bertambah.

"Kalau secara total, seharusnya bisnis ritel masih bisa meningkat, minimal 8%-10%. Bedanya, channel pembelian berubah. Mereka lebih banyak masuk ke format atau ritel kecil yang tokonya maksimal berukuran 100 ribu meter persegi," lanjutnya.

Dirinya berpendapat, peritel harus mendekati kantong pemukiman masyarakat, seperti yang dilakukan Alfamart dan Indomart. Tak hanya itu, menyatu dengan pusat gaya hidup seperti mall atau restoran, juga dapat menjadi strategi. Jika berdiri sendiri secara independen, Asnan melihat toko ritel modern besar akan sulit bertahan.

"Kini berbelanja ritel tidak lagi spesial, masyarakat cenderung ingin melakukannya sambil mengerjakan hal lain, seperti hangout, pergi ke food court, nonton, atau berbelanja," lanjutnya.

Dalam lima tahun ke depan, Asnan melihat peritel juga wajib melakukan pemanfaatan teknologi seperti kombinasi pemasaran secara online dan offline. Menurutnya, kombinasi tersebut dapat melahirkan pengalaman (experience) selain belanja, sehingga konsumen mendapat insentif lebih.

"Misalnya, dengan teknologi virtual reality, konsumen dapat menyaksikan demo masak saat berkunjung ke toko langsung. Pengalaman tersebut tentu tidak didapatkan jika berbelanja online. Inilah letak inovasinya," pungkas Asnan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×