kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.347.000 0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Produksi seret, harga lada bakal semakin hot!


Rabu, 18 Mei 2011 / 08:56 WIB
Produksi seret, harga lada bakal semakin hot!
ILUSTRASI. Simak promo Yogya Supermarket periode 24 Juli ? 6 Agustus 2020. Pramuniaga melayani pembeli di salah satu pusat perbelanjaan di Kota Bogor, Jawa Barat, Rabu (21/11/2018). Pemerintah Kota Bogor akan mulai menerapkan pelarangan menggunakan kantong plastik p


Reporter: Herlina KD |

JAKARTA. Meski sudah melaju sejak pertengahan tahun lalu, harga lada belum berhenti melakukan reli. Bahkan, harga lada kembali mencetak rekor baru.

Di pasar spot National Commodity and Derivative Exchange (NCDEX) India pada Senin (16/5) lada ditransaksikan pada level INR 29.287,50 per kuintal. Akhir pekan lalu, lada sempat memecahkan rekor baru di level INR 29.628,55 per kuintal.

Laju kenaikan harga lada juga lumayan cepat. Pada awal tahun ini, harga lada di pasar spot masih ada di level INR 22.192,85 per kuintal. Artinya, dalam waktu kurang dari lima bulan, harga lada sudah naik 32%.

Ketua International Pepper Community (IPC) Gusmardi Bustami mengungkapkan, perkiraan melorotnya produksi lada dunia pada tahun ini menjadi pemicu utama kenaikan harga lada. Akibat musim hujan, produksi lada dunia diperkirakan turun sekitar 20% -30%. "Penurunan produksi ini terlihat di hampir seluruh negara produsen lada," ujarnya kepada KONTAN Senin (16/5).

Di sisi lain, Gusmardi bilang stok lada dunia juga mengalami penurunan yang cukup besar. Padahal, konsumsi lada dunia meningkat seiring dengan naiknya jumlah penduduk. Melihat kondisi ini, "Tren kenaikan harga lada ini diperkirakan akan terus berlanjut sampai tahun depan," jelasnya.

Catatan saja, IPC memperkirakan, produksi lada dari negara anggotanya, seperti Brasil, India, Malaysia, Sri Lanka, Vietnam dan Indonesia akan menurun. IPC memperkirakan, produksi lada dari enam negara itu hanya mencapai 262.802 ton tahun ini.

Jumlah ini lebih rendah ketimbang produksi tahun 2010 lalu yang sebanyak 271.230 ton. Khusus Indonesia, IPC memperkirakan produksi lada tahun ini hanya 37.000 ton. Jumlah ini jauh lebih rendah dibanding produksi lada tahun lalu yang sebesar 52.000 ton.

Berdasarkan laporan analisis Badan Pengawas Perdagangan Berjangka dan Komoditi (Bappebti) pekan lalu pasokan lada diperkirakan baru akan bertambah pada akan bertambah pada Juli atau Agustus 2011. Sebenarnya, di Vietnam, panen Lada hampir selesai. Tapi, petani memilih untuk menyimpan Lada karena diprediksi harga Lada akan mengalami tren kenaikan harga.

Sebelumnya, Direktur Pemasaran Internasional Kementerian Pertanian Mesah Siregar mengatakan permintaan dunia masih tinggi karena musim dingin di Eropa yang masih berkepanjangan. Sementara itu, pasokan lada dunia tahun ini diperkirakan berkurang karena produksi menurun. "Tren kenaikan harga lada akan terus berlanjut selama musim dingin masih terjadi di negara-negara yang mengalami musim dingin seperti Eropa," katanya beberapa waktu lalu.

Kenaikan permintaan lada dunia memang terbukti. Data analisis Bappebti menyebutkan, tahun 2010 lalu impor lada Amerika Serikat tercatat sebesar 70.450 ton. Jumlah ini naik 7% ketimbang tahun 2009 yang sebesar 65.850 ton. Pada Februari 2011, impor lada AS sebesar 4.440 ton. Selama Januari - Februari 2011, AS telah mengimpor lada sebanyak 10.280 ton atau lebih tinggi ketimbang periode yang sama tahun 2010 yang sebesar 9.630 ton.

Sementara itu, harga jual lada putih dan lada hitam di pasar tradisional Kota Jambi pekan lalu juga mengalami kenaikan. Kenaikan harga lada karena peningkatan permintaan, sementara pasokan berkurang. Harga Lada putih naik menjadi Rp 90.000 per kg dari sebelumnya yang sekitar Rp 80.000 per kg. Sedangkan harga lada hitam naik menjadi Rp 95.000 per kg dari harga sebelumnya yang sebesar Rp 86.000 per kg.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×