kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Proyek pabrik Sany mengacu penjualan 2016


Senin, 18 Januari 2016 / 11:27 WIB
Proyek pabrik Sany mengacu penjualan 2016


Reporter: Emir Yanwardhana | Editor: Hendra Gunawan

JAKARTA. Distributor alat berat asal China, PT Sany Perkasa berencana membangun pabrik perakitan alat berat pada tahun 2017. Lokasi yang mereka pilih sebagai tempat untuk bangun pabrik adalah Batam, Kepulauan Riau.

Saat ini Sany Perkasa yang merupakan anak usaha
PT Jakarta International Machinery Centre (Jimac) sedang mencari modal sekitar US$ 200 juta. Selain modal, Benny Kurnijaya, Chairperson
PT Jimac bilang, sedang mengkaji prospek bisnis pasar alat berat ke depan.

Sekadar catatan, untuk merealisasikan rencana ini, manajemen Sany Perkasa mulai mengeluarkan dana sekitar US$ 50 juta untuk pembebasan lahan seluas 17 hektare plus pembangunan pabrik tahap awal. Selain pabrik, perusahaan ini akan membangun pusat logistik. "Dana kami baru separuh, jadi kami harus mengumpulkan dana US$ 90 juta–US$ 100 juta lagi. Jika sudah ada baru kami realisasikan rencana itu tahun 2017," kata Benny kepada KONTAN Minggu (17/1).

Sany Perkasa belum mulai melaksanakan pembangunan pabrik lantaran penjualan alat berat pada 2015 lalu masih lesu. Manajemen Sany Perkasa berharap ada kenaikan penjualan alat berat 2016.

Benny bilang, tahun lalu hampir 70% pendapatan mereka datang dari penjualan alat berat infrastruktur. Sany telah menjual 170 unit eskavator untuk infrastruktur tahun lalu. "Awal tahun memang melambat, tapi pada semester II-2015 kembali naik," imbuh Benny.

Tahun ini ia memprediksi penjualan alat berat infrastruktur masih naik.
Dalam gambaran Benny, sekitar 60% penjualan tahun ini menyasar pasar sektor konstruksi. Kemudian 30% untuk perkebunan dan sisanya dari sektor tambang

Jika penjualan alat berat sektor konstruksi naik, Sany Perkasa punya kesempatan merealisasikan pabriknya pada 2017.

Jamaluddin, Ketua Asosiasi Industri Alat Berat Indonesia (Hinabi) memprediksi serupa. Ia bilang, permintaan alat berat tahun ini lebih banyak untuk konstruksi lantaran proyek pemerintah mulai jalan. "Sulit berharap dari tambang dan perkebunan, karena harganya turun," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×