kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45997,15   3,55   0.36%
  • EMAS1.199.000 0,50%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Raja Sumatera bernama Semen Baturaja


Senin, 23 Juli 2018 / 08:21 WIB
Raja Sumatera bernama Semen Baturaja
ILUSTRASI.


Reporter: Agung Hidayat | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bak raja sumatera. Itulah gambaran kinerja bisnis semen pelat merah, PT Semen Baturaja Tbk (SMBR). Hingga semester pertama tahun ini, Semen Baturaja mencatatkan pertumbuhan volume penjualan di atas rata-rata nasional. Penguasaan pasar di sebagian pasar wilayah Sumatera, menjadi pendorongnya.

Direktur Utama Semen Baturaja, Rahmad Pribadi, mengemukakan volume penjualan semen hingga Juni tahun ini naik 28%. "Kami mencatatkan volume penjualan semen domestik mencapai 870.000 ton," ungkap dia kepada KONTAN, akhir pekan lalu.

Di periode yang sama tahun lalu, emiten berkode saham SMBR di Bursa Efek Indonesia ini membukukan volume penjualan sebesar 674.000 ton. SMBR juga telah menjajal pasar ekspor klinker, dengan estimasi volume di kisaran 30.000 ton pada tahun ini.

Manajemen SMBR menjelaskan, pertumbuhan volume penjualan selama ini disokong oleh penetrasi pasar semen di area Sumatra Bagian Selatan (Sumbagsel). "Kami tetap menguasai dan menjadi market leader di Lampung dan Sumatra Selatan," urai Rahmad.

Pencapaian SMBR selama enam bulan pertama tahun ini di atas rata-rata penjualan semen nasional. Asosiasi Semen Indonesia (ASI), mencatat, konsumsi semen domestik hanya tumbuh 3,6% year-on-year (yoy) dari 28,99 juta ton di semester I-2017 menjadi 30,03 juta ton di periode yang sama tahun ini. Dari jumlah itu, penjualan area Sumatra tumbuh tinggi, yakni 7,5% (yoy) menjadi 6,48 juta ton.

Pasar Jawa yang selama ini mendominasi porsi penjualan semen nasional hanya tumbuh 2,10% (yoy) menjadi 16,79 juta ton pada semester I-2108. Pertumbuhan tersebut di bawah penjualan semen nasional.

SMBR masih optimistis penjualan akan tumbuh positif. Proyek infrastruktur dan sektor properti berpotensi mendorong permintaan semen nasional. "Seperti kebijakan relaksasi LTV untuk sektor properti, pasti akan mendorong permintaan semen," ujar Rahmad.

Soal hambatan bisnis, dia mengakui kondisi kelebihan pasokan (oversupply) di pasaran masih menjadi kendala pada produsen semen. Tantangan itu belum termasuk kenaikan harga batubara yang menjadi salah satu komponen terbesar biaya produksi. Oleh karena itu, Semen Baturaja selalu mengedepankan efisiensi di berbagai lini.

Akuisisi tambang

Seiring beroperasinya pabrik baru SMBR, yakni pabrik Baturaja II, yang berkapasitas terpasang 1,85 juta ton per tahun, maka manajemen mematok tinggi volume penjualan pada tahun ini. Sepanjang 2018, SMBR memproyeksikan penjualan mencapai 2,75 juta ton. Jumlah ini tumbuh 56% dibandingkan tahun lalu sebesar 1,76 juta ton.

Pada kuartal-I 2018, pendapatan Semen Baturaja tumbuh 20% (yoy) menjadi Rp 394,22 miliar. Meski demikian, laba bersih SMBR selama tiga bulan pertama tahun ini merosot 60% (yoy) menjadi Rp 12,66 miliar. Beban pokok penjualan Semen Baturaja meningkat 20% (yoy) menjadi Rp 283,09 miliar pada kuartal-I 2018.

Manajemen juga terus berupaya meningkatkan efisiensi biaya. Demi menghemat biaya bahan bakar, misalnya, Semen Baturaja berencana mengakuisisi tambang batubara. Apabila rencana tersebut terlaksana, maka SMBR bisa menghemat beban hingga senilai Rp 30 miliar per tahun.

Soal sasaran akuisisi, SMBR memilih berinvestasi ke perusahaan tambang batubara yang berada di sekitar lokasi pabrik. Selain memiliki cadangan kapur yang banyak, Sumatra Selatan merupakan provinsi dengan cadangan batubara besar di Indonesia. "Oleh karena itu, kami akan berinvestasi, baik organik maupun anorganik di tambang batubara," ungkap Rahmad, beberapa waktu lalu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×