kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45924,46   -11,06   -1.18%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

RPH diharapkan memasok daging beku ke Jabodetabek


Rabu, 02 Januari 2013 / 08:38 WIB
RPH diharapkan memasok daging beku ke Jabodetabek
ILUSTRASI. Petugas Kepolisian menata pelat kendaraan bermotor di gudang Samsat Kabupaten Aceh Barat, Aceh, Jumat (31/8). Ini biaya resmi ganti warna pelat nomor kendaraan. ANTARA FOTO/Syifa Yulinnas.


Reporter: Fitri Nur Arifenie | Editor: Sandy Baskoro

JAKARTA. Demi mendukung kebijakan pemangkasan kuota impor daging sapi, pemerintah pada tahun ini berniat menggenjot program revitalisasi rumah potong hewan (RPH). Kementerian Pertanian mengalokasikan dana lebih dari Rp 2 miliar untuk merevitalisasi RPH.

“Kami menargetkan program revitalisasi sebanyak 43 RPH pada tahun depan (2013)," kata Fauzi Luthan, Direktur Budi Daya Ternak Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian, kepada KONTAN, Sabtu (29/12) pekan lalu.

Sasaran revitalisasi terutama untuk RPH yang berlokasi di sentra produksi sapi seperti Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Jawa Timur dan Bali. Revitalisasi juga menyasar RPH di wilayah Jabodetabek. Target revitalisasi RPH tahun ini meningkat dibandingkan realisasi selama 2012 yang hanya sebanyak 11 RPH. Namun target pemerintah ini masih jauh dari jumlah RPH di seluruh Indonesia yang mencapai 400 unit.

Dengan program revitalisasi RPH, pemerintah mengharapkan peternak sapi lokal bisa mengambil peluang mengisi kebutuhan daging nasional, terutama memenuhi permintaan di pusat konsumsi daging sapi seperti Jabodetabek dan Jawa Barat. Saat ini, baru 380 ton daging per bulan yang bisa dipasok dari daerah ke Jabodetabek. Jika program revitalisasi berhasil, peternak bisa memotong sapi di RPH, kemudian mengolah dan mendistribusikan dalam bentuk daging beku ke sentra konsumsi.

Selama ini, RPH yang ada di Indonesia tidak memiliki fasilitas yang memadai untuk menyediakan daging beku. “Revitalisasi RPH ini juga untuk menghasilkan daging yang berkualitas," ucap Fauzi. Nantinya, daerah penghasil sapi diharapkan langsung mengirim produk berbentuk daging beku, bukan lagi sapi hidup.

Biaya revitalisasi berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Menurut Fauzi, pemerintah mengalokasikan dana untuk mendukung program revitalisasi RPH lantaran kalangan swasta tidak tertarik berinvestasi di sektor ini. “Pemerintah tak ingin bergantung pada swasta, meski kami juga mendorong mereka agar tetap jalan,” ujar Fauzi.

Program revitalisasi RPH mendesak dilakukan karena pemerintah secara bertahap mulai mengurangi alokasi impor sapi hidup dan daging sapi secara drastis, terhitung sejak tahun lalu. Pada tahun ini, pemerintah telah menetapkan impor daging sapi seberat 80 ribu ton setara daging. Jumlah itu menurun dari alokasi impor 2012 yang mencapai 91.000 ton. Pada tahun ini, impor daging terdiri atas daging beku sebesar 32.000 ton dan sapi bakalan sebanyak 267.000 ekor yang dikonversi setara 48.000 ton daging.

Dengan adanya kebijakan pemangkasan impor sapi hidup, para importir dan pengusaha mau tidak mau mengoptimalkan potensi sapi di dalam
negeri. "Salah satunya dengan memanfaatkan fasilitas RPH,” ungkap Fauzi.

Berdasarkan survei Badan Pusat Statistik pada 2011 lalu, jumlah populasi sapi potong di Indonesia sebanyak 14,8 juta ekor, sementara jumlah sapi perah sebanyak 600.000 ekor. Sedangkan populasi kerbau secara nasional mencapai 1,3 juta ekor. Alhasil, total ketersediaan sapi dan kerbau untuk pemenuhan kebutuhan daging nasional sebanyak 16,7 juta ekor.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×