kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45908,79   -17,94   -1.94%
  • EMAS1.327.000 1,30%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Empat importir sapi dapat jatah terbesar


Rabu, 12 Desember 2012 / 07:02 WIB
Empat importir sapi dapat jatah terbesar


Reporter: Fitri Nur Arifenie | Editor: Sandy Baskoro

JAKARTA. Empat perusahaan mendapatkan jatah impor sapi bakalan terbanyak pada tahun depan. Keempat perusahaan itu adalah PT Great
Giant Livestock, PT Santosa Agrindo, PT Austasia Stockfeed dan PT Agro Giri Perkasa.

Setiap perusahaan tadi berhak mengimpor sapi bakalan sebanyak 10.000 ekor hingga 14.000 ekor. "Alokasi paling banyak adalah Great Giant
Livestock yakni 14.000 ekor," kata Fauzi Luthan, Direktur Budidaya Ternak Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian, Selasa (11/12).

Alokasi impor sapi bakalan untuk empat perusahaan ini lebih kecil 25%-50% daripada kuota impor 2012. PT Santosa Agrindo, misalnya, pada tahun ini mendapat jatah impor 20.764 ekor sapi bakalan.

Kemudian Austasia mendapat jatah impor 19.039 ekor dan Great Giant Livestock meraih jatah impor 19.868 ton. Sedangkan jatah impor Agro Giri Perkasa di tahun ini sebanyak 16.592 ekor.

Masih ada 20 perusahaan lagi yang mendapat izin impor sapi bakalan meski jatahnya tak sebesar empat perusahaan tadi. Fauzi mengklaim alokasi impor sapi bakalan cukup merata sesuai kemampuan perusahaan.

Awalnya, pemerintah membagi secara merata 6.000 ton kepada 24 perusahaan. Namun, ada beberapa perusahaan yang mendapat tambahan sehingga jatah impor lebih dari 6.000 ton. Jatah tambahan ini, kata Fauzi, berdasarkan pertimbangan seberapa besar kemitraan dengan peternak, kapasitas Rumah Potong Hewan (RPH) yang dimiliki dan berapa besar serapan lokalnya. "Importir yang mendapat jatah 6.000 ton di bawah 10 perusahaan," kata Fauzi.

Pemerintah sudah menerbitkan Surat Rekomendasi Pemasukan (SRP) sapi bakalan pada 4 Desember 2012. Jadi, impor sapi bakalan sudah bisa masuk ke Indonesia pada Januari 2013 nanti. SRP berlaku selama satu tahun.

Meski SRP berlaku selama setahun, skema pengiriman sapi impor dilakukan setiap kuartal. Pada kuartal pertama, jatah impor sapi bakalan akan masuk 56.000 ekor. Pada kuartal kedua adalah 117.000 ekor. "Pada kuartal III dan IV, masing-masing 48.000 ekor," ungkap Fauzi.

Seperti diketahui, kuota impor sapi bakalan di tahun depan sebanyak 269.000 ton. Jumlah ini menurun 4,95% dibandingkan alokasi tahun ini
sebanyak 283.000 ton.

Joni Liano, Direktur Eksekutif Asosiasi Produsen Daging dan Feedlot Indonesia (Apfindo), mengatakan pengurangan impor sapi bakalan akan berdampak buruk bagi usaha feedloter. Pasalnya, tak sedikit perusahaan feedloter terancam bangkrut karena utilisasi kapasitas kandangnya tak sebanding dengan investasi yang dikeluarkan.

Joni bercerita, pada 2009 kapasitas kandang feedloter sebanyak 1 juta ekor dengan alokasi impor sapi 765.000 ekor. Kemudian, pada 2012 dan 2013, kapasitas kandang feedloter meningkat menjadi 1.250.000 ekor, sementara jumlah impornya hanya 269.000-283.000 ekor. Pada 2009, utilisasi kandang mencapai 76,5%, sedangkan di pada tahun depan, utilisasinya merosot menjadi 21,4%.

Menyusutnya pemanfaatan kandang lantaran alokasi impor sapi bakalan terus merosot, di saat yang sama, pasokan sapi lokal hanya sedikit.
"Industri feedloter mati suri. Pengurangan alokasi impor semakin memperparah kondisi ini karena pihak kreditur akan meninjau ulang prospekĀ  industri ini," ungkap Joni.

Menjawab keluhan itu, Fauzi meminta pengusaha feedloter kreatif. Caranya dengan memperluas usaha di bidang pemotongan hewan maupun pembibitan hewan. Sehingga tak mengandalkan sapi bakalan impor. "Sudah ada pengusaha feedloter yang melakukannya," kata dia.

Pemerintah mengklaim pasokan sapi lokal untuk feedloter sudah sesuai kebutuhan alias tidak kekurangan. Setiap bulan, masing-masing feedloter mendapat pasokan 30.000 hingga 35.000 ekor sapi lokal. "Sejak Februari hingga November tidak ada keluhan kekurangan pasokan di feedloter," tutur Fauzi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×