kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Sejumlah wilayah masih nikmati panen raya jagung


Rabu, 18 April 2018 / 17:52 WIB
Sejumlah wilayah masih nikmati panen raya jagung
ILUSTRASI. TARGET EKSPOR JAGUNG


Reporter: Lidya Yuniartha | Editor: Sanny Cicilia

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Asosiasi Petani Jagung Indonesia (APJI) optimistis tahun ini produksi jagung berlimpah. Meskipun masa panen untuk siklus Oktober - Maret hampir berakhir, masih ada beberapa wilayah yang masih mengalami panen raya jagung.

Ketua APJI Sholahuddin mengatakan, beberapa kabupaten di Provinsi Nusa Tenggara Barat seperti Kabupaten Bima, Dompu, dan Sumbawa masih panen raya. Bahkan, ada juga panen jagung di wilayah Sulawesi Utara. Harganya pun mencapai Rp 2.700 - Rp 2.800 per kg.

Dalam pemberitaan KONTAN sebelumnya, salah satu perusahaan pengolahan jagung di wilayah Sulawesi Selatan justru kesulitan mendapatkan bahan baku. Sholahuddin mengakui bahwa masa panen di wilayah tersebut telah berakhir pada Februari - Maret. Menurutnya, bila saat ini ada panen di Sulawesi Selatan, hasilnya hanya sedikit.

"Masing-masing pabrik seharusnya menyiapkan pasokan jagung minimal dua bulan, karena siklus panen jagung itu dua kali yakni Oktober - Maret yang produksinya lebih 50%, dan siklus panen kedua terjadi Juli - Agustus. Namun, produksi di siklus kedua ini lebih sedikit," ujar Sholahuddin kepada Kontan.co.id, Rabu (18/4).

Sholahuddin pun mengatakan, karena siklus panen setiap wilayah berbeda-beda, terkadang, suatu wilayah sulit mendapatkan bahan baku sementara wilayah lainnya justru berlimpah. Infrastruktur dan transportasi juga menjadi kendala untuk mengirimkan jagung tersebut.

"Permasalahan klasiknya karena Indonesia ini luasanya bukan main, membawa bahan baku karena kendala transportasi juga sulit," kata Sholahuddin.

Lebih lanjut Sholadhuddin menyampaikan bahwa petani pun biasanya langsung menjual jagung yang dipanen lantaran mereka tidak bisa menyimpan jagungnya dalam waktu yang lama. Terlebih, petani tidak memiliki silo atau gudang penyimpanan. Inilah juga yang membuat harga jagung anjlok saat panen raya, karena Industri tidak bisa menyerap semua jagung petani.

Sholahuddn pun meminta komitmen pemerintah untuk menyerap jagung petani, khususnya wilayah-wilayah yang tidak terjangkau pabrik pakan. Menurutnya, petani akan sangat terbantu bila jagungnya bisa terserap meskipun dijual dengan harga pokok produksi. "Untuk daerah-daerah yang tidak terjangkau pedagang atau pabrik, peran pemerintah melalui Bulog sangat dibutuhkan untuk menyerap jagung petani. Ini supaya ada jaminan pasar," ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×