kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45931,36   3,72   0.40%
  • EMAS1.320.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Selain obat, Merck membidik industri makanan


Jumat, 16 Desember 2016 / 14:11 WIB
Selain obat, Merck membidik industri makanan


Reporter: Eldo Christoffel Rafael | Editor: Sanny Cicilia

JAKARTA. Perusahaan farmasi asal Jerman, Merck berusaha memperkuat bisnis di Indonesia. Selain mengibarkan bisnis farmasi lewat PT Merck Tbk, Merck juga mengembangkan bisnis alat laboratorium dan bahan baku khusus industri.

Di bisnis alat laboratorium dan bahan baku khusus industri ini, Merck mendirikan PT Merck Chemicals and Life Sciences (MCLS) tahun 2014. Syahroni Salam, Head of Research and Applied Solutions Commercial MCLS, menyatakan, mereka memiliki dua fokus bisnis di Indonesia.

Pertama, bisnis life science berupa penyediaan material dan alat laboratorium, penelitian dan layanan teknologi untuk farmasi dan industri. Kedua, layanan performance materials berupa penyediaan bahan kimia khusus untuk aplikasi industri tertentu.

Tidak hanya menggarap segmen pasar untuk farmasi, Merck juga menggarap industri makanan dan minuman yang kini sedang tumbuh subur di Indonesia. "Semakin banyak jenis makanan yang diproduksi semakin banyak yang kami analisis," kata Syahroni kepada KONTAN, Jumat (15/12).

Di antara pelanggan dari sister company PT Merck Tbk tersebut adalah PT Nestle Indonesia dan grup Indofood. Di sektor farmasi, pelanggannya adalah PT Dexa Media dan PT Kalbe Farma Tbk.

MCLS juga menyasar pasar bahan kimia untuk manufaktur perusahaan semen Holcim, Indocement dan Semen Indonesia. "Kami menjual bahan kimia, nanti perusahaan itu menggunakan untuk menganalisis produk supaya bisa mengambil keputusan apakah produk mereka layak jual atau tidak," kata Syahroni.

MCLS juga menyuplai bahan kimia ke laboratorium Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM). Soal asal muasal produk yang dijual, khususnya alat laboratorium, Syahroni bilang impor dari Jerman, Prancis dan Amerika Serikat (AS). Terkait potensi bisnis di Indonesia, Syahroni enggan menjelaskan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Berita Terkait



TERBARU

[X]
×