Reporter: Andy Dwijayanto | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Sembari mengawal rencana keluar dari Bursa Efek Indonesia (BEI) alias delisting, PT Merck Sharp Dohme Pharma Tbk menyusun rencana memperluas fasilitas produksi dan pengemasan di Pandaan, Jawa Timur.
Tujuan perluasan pabrik Pandaan untuk meningkatkan kapasitas produksi menjadi 10 juta unit kemasan per tahun. "Saat ini memang sedang ekspansi di sana yakni pengembangan kapasitas, bukan bikin pabrik baru," terang Ardhi Pradhana, Sekretaris Perusahaan PT Merck Sharp Dohme Pharma Tbk kepada KONTAN, Rabu (19/10).
Hanya saja, Merck Sharp tak mau membeberkan nilai investasi. Perusahaan yang saat ini masih tercatat dengan kode saham SCPI di BEI tersebut cuma bilang, akan langsung menyetel utilisasi produksi pabrik hingga taraf maksimal alias 100%.
Sebagai gambaran saja, Merck Sharp pertama kali membangun pabrik Pandaan pada tahun 2012. Kala itu, mereka merogoh kocek US$ 21 juta. Pabrik Pandaan memproduksi krim, salep, cairan, larutan dan tablet untuk dermatologi, ekspektoran batuk serta cairan semprotan hidung.
Yang pasti, perluasan pabrik Pandaan berangkat dari permintaan pasar. Merck Sharp melihat, ada potensi pertumbuhan signifikan pasar domestik. Hal itu sudah terlihat dari catatan penjualan domestik kuartal III 2016 yang lebih tinggi ketimbang kuartal III 2015.
Tanpa menyebutkan nilai penjualan yang dimaksud, manajemen Merck Sharp mengatakan, Jakarta menjadi pasar domestik terbesar. Sementara produk terlaris di pasar dalam negeri adalah obat diabetes dan vaksin.
Merck Sharp yakin, catatan pertumbuhan penjualan di pasar domestik akan berlanjut. "Saya belum bisa memberikan data sekarang karena belum tutup tahun, tapi target penjualan domestik tahun depan akan menyentuh double digit," ujar Ardhi.
Namun, geliat pertumbuhan penjualan pasar domestik belum dapat mematahkan dominasi penjualan ekspor. Merck Sharp masih melihat pasar mancanegara sebagai sumber pundi-pundi pendapatan.
Mengintip laporan keuangan Merck Sharp yang berakhir 30 Juni 2016, penjualan ekspor tercatat Rp 1,14 triliun, atau 93,44% terhadap total penjualan yang di angka Rp 1,22 triliun. Barulah kontribusi sisanya 6,56% atau Rp 99,77 miliar berupa penjualan domestik.
Merck Sharp & Dohme Asia Pacific Services Pte Ltd. adalah perusahaan berelasi yang menangani penjualan ekspor Merck Sharp. Sedangkan PT Anugerah Pharmindo Lestari bertugas menangani berbagai penjualan domestik Merck Sharp.
Cari pemegang saham
Sementara itu rencana delisting saham Merck Sharp masih terkendala pemegang saham. Tercatat, 471 pemegang saham atau setara dengan 46.464 unit saham belum kelihatan batang hidungnya.
"Saat ini kami masih mencari beberapa shareholders yang belum bisa dihubungi, hal ini dilakukan oleh sekuritas partner kami dan kondisinya masih di-freeze untuk traksaksi," jelas Ardhi.
Kendati begitu, Merck Sharp memastikan proses delisting tak akan mengganjal kinerja. Toh rencana itu merupakan keinginan induk usaha, yaitu Merck Sharp & Dohme Corp. selaku pemegang 98,71% saham Merck Sharp.
Merck Sharp & Dohme Corp. beralasan tak membutuhkan lagi dana eksternal. Mengingatkan saja, niat delisting Merck Sharp mencuat sejak Mei 2013. Rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB) 23 Januari 2014 lantas mengesahkan niat itu.
Lebih dari 50% dari total 71% peserta RUPSLB, memberikan dukungan. Merck Sharp lantas menawarkan harga pembelian kembali sebesar Rp 100.000 per saham sesuai dengan ketentuan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan peraturan BEI.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News