kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Industri di Batam butuh perhatian ekstra


Senin, 19 Agustus 2019 / 22:40 WIB
Industri di Batam butuh perhatian ekstra
ILUSTRASI. UNJUK RASA TOLAK PHK


Reporter: Eldo Christoffel Rafael | Editor: Azis Husaini

KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Industri manufaktur di Batam kembali didera pemutusan hubungan kerja (PHK). Saat ini industri elektronik yang didera masalah. Kedua perusahaan yang melakukan PHK tersebut adalah PT Foster Electronic Indonesia dan PT Unisem Batam. Keduanya berdiri di kawasan industri Batamindo Industrial Park, Muka Kuning, Batam.

Menanggapi kejadian ini, Ketua Umum Gabungan Pengusaha Elektronik (Gabel) Ali Soebroto mengaku tidak begitu mengetahui informasi serta latar belakang di balik rencana gulung tikar perusahaan PT Unisem. Sebab perusahaan yang bergerak di bidang perakitan semikonduktor serta jasa pengujian dan pengemasan tersebut tidak terdaftar dalam keanggotaan Gabel.

Baca Juga: Industri elektronik sedang mengalami gelombang PHK massal

"Saat ini penjualan semikonduktor global memang diduga tengah mengalami penurunan akibat adanya larangan bagi perusahaan Amerika Serikat untuk memasok produk-produk semikonduktornya ke Huawei," kata Ali kepada KONTAN, Senin (19/9).

Rafki Rasyid, Ketua APINDO Kota Batam mmenjelaskan permasalahan utama yang dihadapi perusahaan padat karya seperti PT Foster dan PT Unisem saat ini ada beberapa selain adanya persaingan usaha.

Pertama, upah minimum yang sudah semakin tidak kompetitif. Saat ini upah minimum di Batam itu sudah mencapai US$ 270. Jauh lebih tinggi ketimbang dengan negara ASEAN lain. "Makanya PT Foster memilih merelokasi usahanya ke Myanmar. Ditambah lagi kenaikan upah di Indonesia rata-rata naik 8% setiap tahunnya setelah adanya PP 78 Tahun 2015 tentang Pengupahan," kata Rafki kepada KONTAN, Senin (19/8).

Akibatnya kenaikan upah minimum menjadi beban yang memberatkan dunia usaha setiap tahunnya. Sehingga investor asing terutama yang padat karya akan mencari negara lain untuk memindahkan usahanya.

Kedua, walaupun upah sudah sangat tinggi di Batam, namun ternyata frekuensi demonstrasi di Batam juga semakin tinggi. Tentunya hal ini menimbulkan kekhawatiran di kalangan investor akan keselamatan aset asetnya di Batam bahkan seringkali mengganggu proses produksinya.

Ketiga, masih mahalnya ongkos angkut kontainer dari Batam ke luar negeri. Keempat, masih ada aturan berbelit yang dikeluarkan oleh berbagai lembaga pemerintah pusat yang menyulitkan langkah perusahaan di Batam dalam memasukkan ataupun mengeluarkan barang dari Batam ke Luar Negeri ataupun ke daerah lain di Indonesia.

Baca Juga: Ada PHK di Unisem Batam, pemerintah mesti turun tangan

"Kita minta pemerintah pusat dan semua pihak terkait di Batam agar sama sama menjaga iklim investasi yang baik dan menguntungkan di Batam. Karena keberadaan Batam sebagai daerah penarik investasi telah banyak membantu membuka lapangan pekerjaan dan menimbulkan banyak dampak positif bagi perekonomian daerah lain di Indonesia," paparnya.

Secara teprisah, Direktur Promosi dan Humas BP Batam, Dendi Gustinandar menjelaskan tidak ada analisa secara empiris penyebab dua perusahaan ini tutup. Tapi menurut pengakuan kepada pihak BP Batam bahwa mereka telah merugi selama beberapa tahun belakangan.

Menurut Dendi, di Batam memang ada pergesaran industri ke arah yang lebih tinggi teknologinya. Hal ini mendorong PT Infineon Tecnologies Batam dan Pegatron yang mau berkespansi di Batam.

"Artinya saat ada industri turun maka ada industri baru yang juga mau menanamkan modalnya di Batam",kata Dendi kepada KONTAN, Senin (19/8).

Menurutnya Batam masih menjadi destinasi investasi industri. Hanya saja perlu ada dukungan dari pemerintah pusat yang bersama dengan pemerintah daerah untuk bangun bersaama.

Baca Juga: Jangan langsung percaya draf UU Ketenagakerjaan di medsos, itu hoaks

Dendi menambahkan pemerintah pusat telah memberikan banyak insentif perpajakan bagi industri yang mau menanamkan investasinya. Oleh karena itu, saat ini tugas bersama untuk mensosialisikan kepada investor. "Kita juga tak lupa untuk terus mengembangkan sumber daya manusia secara formal dan informal", pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×