Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Acset Indonusa Tbk mulai melebarkan sayap bisnis ke sektor jasa pengerukan dan reklamasi. Ekspansi ini dilakukan perusahaan konstruksi guna memperkuat posisi tawar. Maklum, kini Acset tengah membidik proyek-proyek infrastruktur.
Untuk memuluskan rencana bisnis tersebut, emiten dengan kode dagang ACST di Bursa Efek Indonesia (BEI) ini menggandeng Dredging International Asia Pacific Pte Ltd. Keduanya telah membentuk perusahaan patungan pada 9 Oktober 2017 lalu, yang diberi nama PT Dredging International Indonesia.
ACST dan Dredging International Asia Pacific telah melakukan penyetoran modal ke perusahaan patungan yang telah dibentuk tersebut yakni ACST Rp 20 miliar dan Dredging sebesar Rp 30 miliar. Dengan begitu porsi ACST di anak usaha ini hanya 40%.
Perusahaan patungan ini akan bergerak di bidang jasa konstruksi pengerukan, penyiapan lahan, konstruksi bangunan pelabuhan bukan perikanan, konstruksi bangunan prasarana sumber daya air dan konstruksi terowongan.
Maria Cesilia Hapsari, Sekretaris Perusahaan ACST menjelaskan, pembentukan anak usaha patungan ini bertujuan untuk menunjang kegiatan usaha perusahaan ini. Sebagai kontraktor infrastruktur, Acset ingin fokus mendapatkan kontrak proyek infrastruktur, termasuk di bidang pengerukan dan reklamasi.
Dia optimistis Acset, lini usaha ini akan melancarkan ekspansi usaha di bidang infrastruktur. "Kombinasi kekuatan ACST dan Dredging International Asia Pacific menjadi modal. Dredging International Indonesia juga bisa mendapatkan lebih banyak kesempatan untuk mengikuti tender proyek infrastruktur, " kata Maria kepada KONTAN, Jumat (13/10).
Penuhi target
Manajemen ACST belum menargetkan secara khusus nilai kontrak yang bisa diperoleh perusahaan dengan pembentukan anak usaha baru tersebut. Hanya saja, perusahaan Grup Astra ini melihat peluang kontrak baru dari proyek-proyek pengerukan atau reklamasi yang bisa diperoleh cukup besar. "Peluang tersebut termasuk untuk memenuhi target tahun ini," ungkap Maria.
Sebagai catatan, saat ini ACST telah mengantongi kontrak baru Rp 7,14 triliun hingga akhir September 2017. Ini setara 95,2% dari target tahun ini yaitu Rp 7,5 triliun.
Saat ini, perusahaan konstruksi ini tengah mengikuti tender proyek infrastruktur. Oleh karena itu, ACST masih optimistis bisa mencapai target yang patok tahun ini.
Dalam mengincar proyek infrastruktur, ACST hanya akan fokus mengincar tender proyek yang masuk daftar Proyek Strategis Nasional (PSN). Pasalnya, perusahaan menilai risiko proyek yang masuk dalam program tersebut jauh lebih rendah.
Adapun kontrak baru yang sudah didapat Acset Indonusa hingga kuartal III-2017 tersebut juga didominasi oleh proyek infrastruktur, yakni proyek jalan tol Kunciran-Serpong, Jakarta-Cikampek II Elevated senilai Rp 6,6 triliun, dan Terbagi Besar Kayu Agung yang merupakan bagian dari jalan tol Trans Sumatra.
Sedangkan, dua proyek lagi yang didapat perusahaan ini berkaitan dengan jasa fondasi, yakni proyek soil improvement work(Central Java Project) dan pekerjaan bored pile St Regis Satu proyek konstruksi berupa mixed-use development di kawasan Kebon Sirih, Jakarta Pusat.
Dalam menggarap proyek-proyek yang sudah didapat, ACST masih mengandalkan kas internal, pinjaman perbankan dan utang dari pemilik saham, Astra Group. Tahun ini, ACST sudah mendapatkan pinjaman dari Astra sebesar Rp 600 miliar.
Pada periode separuh pertama 2017, Acset berhasil membukukan kenaikan laba bersih Rp 64,2 miliar. Angka ini meningkat 95,7% dibanding periode sama tahun lalu, sebesar Rp 32,8 miliar. Adapun pendapatan ACST meningkat menjadi Rp 1,02 triliun, atau naik 8,4% dari Rp 943,7 miliar dibanding tahun 2016.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News