kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Ada bea masuk dan perang dagang, ekspor CPO tahun ini akan menurun


Kamis, 09 Agustus 2018 / 17:08 WIB
Ada bea masuk dan perang dagang, ekspor CPO tahun ini akan menurun
ILUSTRASI. Tandan Buah Kelapa Sawit


Reporter: Lidya Yuniartha | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) memperkirakan ekspor minyak sawit baik crude palm oil (CPO), palm kernel oil (PKO) dan turunannya termasuk olechemical dan biodiesel tahun ini akan menurun sekitar 3% hingga 5%. Tahun lalu, ekspor minyak sawit mencapai 32,18 juta ton.

Direktur Eksekutif Gapki Mukti Sardjono mengatakan, penurunan ini disebabkan beberapa hal seperti penerapan bea masuk untuk produk minyak sawit yang sangat tinggi, isu deforestasi dan kebijakan biofuel di Uni Eropa juga adanya perang dagang Amerika Serikat (AS) dan China.

Menurut Mukti, akibat perang dagang tersebut, AS sebagai produsen utama kedelai mendapat hambatan ekspor kedelai ke China yang selama ini merupakan importir utama. "Amerika Serikat harus memasarkan kedelai ke luar China, dimana kedelai sama halnya kelapa sawit adalah sumber minyak nabati, sehingga suplai kedelai meningkat di dunia yang sedikit mempengaruhi pasar sawit," ujar Mukti kepada Kontan.co.id, Kamis (9/8).

Meski begitu, tak semua negara tujuan ekspor yang mengalami penurunan. Dia bilang, penurunan ekspor ini akan terjadi di India, Uni Eropa dan Afrika. Beberapa negara lain bahkan diperkirakan akan meningkatkan impor minyak sawitnya seperti China, Pakistan dan Bangladesh.

Dalam keterangan tertulis Gapki, di semester i ini, ekspor minyak sawit termasuk olekimia dan biodieselmenurun 2% dibandingkan tahun mencapai 15,30 juta ton dari tahun lalu yang sebesar 15,62 juta ton. Dimana volume ekspor minyak sawit selain oleokimia dan biodiesel pada semester I ini tercatat menurun 6% menjadi 14,16 juta ton dari 15,04 juta ton di semester I 2017.

Ekspor ke India dalam enam bulan pertama menurun signifikan takni sebesar 34% dari 3,74 juta ton menjadi 2,50 juta ton. Ekspor CPO dan produk turunannya ke Uni Eropa pun menurun 12% dari 2,71 juta ton menjadi 2,39 juta ton. Ekspor ke Afrika pun menurun sebesar 10%.

Sementara, ekspor ke China meningkat sebesar 23% dari 1,48 juta ton menjadi 1,82 juta ton. Ekspor ke Bangladesh meningkat sebesar 31%, Paskistan 7%, dan negara Timur Tengah 4%.

Untuk mengatasi penurunan ekspor ini, Mukti melihat perlu dilakukan upaya bersama dengan pemerintah sehingga India bisa menurunkan bea masuk, lebih gencar melakukan sosialisasi suatainable palm oil, mendorong peluang ekspor ke negara prospektif serta mempercepat penerapan kebijakan biofuel untuk PSO dan non PSO.

"Penggunaan Biofuel dalam negeri harus segera ditingkatkan, sehingga akan meningkatkan permintaan CPO. Kalau penggunaan dalam negeri neningkat, saya prediksi akan mendorong peningkatan harga CPO dan tentunya harga TBS juga terkerek naik," terang Mukti.

Sementara itu, pada enam bulan pertama tahun ini, harga CPO berkisar US$ 605 - US$ 695 per ton. Harga CPO global terus tertekan sejak awal Desember 2017, dan sampai semester I 2017, harga CPO belum pernah menyentuh US$ 700 per ton.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×