kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

AGI Ungkap Alasan Gula di Ritel Modern Langka


Minggu, 21 April 2024 / 16:40 WIB
AGI Ungkap Alasan Gula di Ritel Modern Langka
ILUSTRASI. Asosiasi Gula Indonesia (AGI) merespons soal stok gula yang langka, khususnya gula kemasan di sejumlah ritel di Indonesia.


Reporter: Sabrina Rhamadanty | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Asosiasi Gula Indonesia (AGI) merespons soal stok gula yang langka, khususnya gula kemasan di sejumlah ritel di Indonesia. 

Tenaga Ahli AGI Yadi Yusriadi menilai menipisnya stok yang akhirnya berpengaruh pada kelangkaan disebabkan oleh dua hal. 

“Stok menipis terutama untuk gula packing branded. Hal ini disebabkan sebagian besar pabrik gula belum giling dan gula impor terlambat masuk. Tapi diharapkan di Bulan Mei persediaan gula di pasar sudah normal,” katanya kepada Kontan.co.id, Minggu (21/04).

Pemerintah pada awal April tahun ini telah menetapkan kenaikan Harga Acuan Pemerintah (HAP) gula melalui Rapat Koordinasi Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) Gula Konsumsi lintas Kementerian/Lembaga. 

Baca Juga: Tidak Langka, Kemendag Menyebut Stok Gula Ada 330 Ribu Ton

Berdasarkan input kondisi harga gula yang wajar, harga gula konsumsi di tingkat ritel atau konsumen sebesar Rp 17.500 per kilogram (kg). 

Khusus untuk wilayah Maluku, Maluku Utara, Papua, Papua Barat, Papua Pegunungan, Papua Tengah, Papua Selatan, Papua Barat Daya, dan wilayah 3 TP (Tertinggal, Terluar, Terpencil, dan Perbatasan) harganya sebesar Rp 18.500 per kg.

Terkait penetapan ini, Yadi mengatakan pihak AGI menilai efektivitas suatu ketentuan sangat tergantung pada kondisi masing-masing daerah. 

“Produktivitas yang rendah, terutama karena dampak El Nino tahun 2023, menyebabkan biaya pokok produksi naik, sehingga bisa saja harga relaksasi tersebut masih kurang tinggi. Namun dari sisi gula impor, melemahnya nilai rupiah diperkirakan sudah dapat terkompensasi,” kata dia.

Baca Juga: Stok Gula di Ritel Modern Masih Langka, Meski Harga Acuan Dinaikkan

Terkait kuantitas impor gula melihat kondisi gula saat ini yang langka, Yadi mengatakan dengan produksi gula nasional yang tahun ini menurun, otomatis impor gula tahun ini diperkirakan akan lebih tinggi dari tahun sebelumnya. 

“Secara teoritis, dengan stok gula saat ini yang menipis dan produksi gula nasional yang diperkirakan turun, gula konsumsi yang diimpor harus lebih tinggi dari tahun 2023,” ungkapnya. Meski begitu, Yadi mengatakan asosiasi belum memiliki data terhadap jumlah kenaikan impor gula ini. 

“Jumlah persentase dan kuantitasnya kami belum punya dasar perhitungannya karena dasar perhitungan dengan neraca gula harus cermat. Namun diperkirakan produksi gula tahun ini sekitar 2,1 juta ton. Sehingga perkiraan gula impor lebih besar,” jelasnya. 

Sebagai tambahan hingga tahun 2023, 30% kebutuhan gula di Indonesia masih bergantung pada impor. Sepanjang tahun 2023, Indonesia telah mengimpor sekitar 2,2 juta ton gula per tahun dari jumlah kebutuhan sekitar 3,2 juta ton.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×