kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.286.000   8.000   0,35%
  • USD/IDR 16.722   27,00   0,16%
  • IDX 8.242   -33,17   -0,40%
  • KOMPAS100 1.150   -4,66   -0,40%
  • LQ45 842   -2,15   -0,25%
  • ISSI 285   -0,47   -0,16%
  • IDX30 441   -2,54   -0,57%
  • IDXHIDIV20 511   -0,99   -0,19%
  • IDX80 129   -0,47   -0,36%
  • IDXV30 136   -1,17   -0,85%
  • IDXQ30 141   -0,13   -0,10%

AIKI harap kenaikan HPE dongkrak harga kakao di tingkat petani


Jumat, 28 Juni 2019 / 18:06 WIB
AIKI harap kenaikan HPE dongkrak harga kakao di tingkat petani


Reporter: Agung Hidayat | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Kementerian Perdagangan telah menetapkan harga patokan ekspor (HPE) untuk produk pertanian dan kehutanan melalui Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) Nomor 48 Tahun 2019.

Melalui beleid tersebut ditetapkan, harga referensi biji kakao ditetapkan pada Juli 2019 sebesar US$ 2.454,93/MT naik 5,49% dari bulan sebelumnya yaitu sebesar US$ 2.327,27/MT. Hal ini berdampak pada peningkatan HPE biji kakao pada Juli 2019 menjadi US$ 2.169/MT, atau naik 6,12% dibandingkan periode sebelumnya yaitu sebesar US$ 2.044/MT.

Ketua Umum Asosiasi Industri Kakao Indonesia (AIKI) Pieter Jasman mengatakan, peningkatan harga referensi dan HPE biji kakao disebabkan menguatnya harga internasional. "Acuannya memang mengikuti harga internasional yaitu terminal New York," ujarnya kepada Kontan.co.id, Jumat (28/6).

Mengenai dampaknya bagi peningkatan ekspor, menurut Pieter tidak terlalu signifikan karena produksi biji kakao nasional memang belum meningkat. Menurut AIKI, pasokan biji kakao lokal sangat kurang sehingga industri terpaksa harus impor.

Data asosiasi menyebutkan kebutuhan industri lokal saat ini sesuai dengan kapasitas terpasang dalam negeri sebanyak 800.000 ton. Sementara produksi kakao lokal baru di level 260.000 ton per tahun.

Mengutip data Kementerian Perdagangan, sampai kuartal-I 2019 ekspor kakao mencapai US$ 222 juta atau turun 25,1% dibandingkan periode yang sama tahun lalu US$ 296,4 juta.

Pieter memproyeksi ekspor kakao di tahun 2019 kurang lebih sama dengan tahun 2018, adapun jenis produknya sebagian besar sudah dalam bentuk kakao olahan seperti cocoa butter dan cocoa powder. Dari data Kemdag tercatat bahwa ekspor kakao di tahun kemarin berkisar US$ 1,24 miliar.

Ia optimis naiknya HPE ini berdampak positif bagi petani. "Hal ini baik bagi petani karena harga di tingkat petani juga akan naik sehingga pendapatan petani ikut naik," sebut Pieter.

Sementara itu,  Arief Zamroni, Ketua Asosiasi Petani Kakao Indonesia ( APKAI) menganggap naiknya HPE tidak akan berdampak besar bagi kenaikan ekspor. "Kebutuhan dalam negeri masih belum tertutupi, sementara ekspor Indonesia juga masih sangat kecil," ungkapnya kepada Kontan.co.id, Jumat (28/6).

Selain itu, Arief khawatir hal ini semakin memberatkan petani, sebab biaya ekspor cenderung tinggi dan patokan HPE ini berkemungkinan mematikan beberapa persaingan antara eksportir. Sehingga ditakutkan muncul monopoli yang disulut oleh para produsen cokelat yang sifatnya multi national company.

Petani sendiri, kata Arief, ketika biaya keluar meningkat beban terhadap biaya tersebut tidak diberikan kepada konsumen. Malahan para petani kakao harus merelakan harga jual pertaniannya ditekan oleh pemasok.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Pre-IPO : Explained

[X]
×