kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45893,43   -4,59   -0.51%
  • EMAS1.306.000 -0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

AIKI: Kebutuhan kakao untuk industri tahun ini capai 500 ribu ton


Senin, 23 Juli 2018 / 19:23 WIB
AIKI: Kebutuhan kakao untuk industri tahun ini capai 500 ribu ton
ILUSTRASI. Sentra Perkebunan Kakao di Sulawesi


Reporter: Lidya Yuniartha | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Asosiasi Industri Kakao Indonesia (AIKI) memperkirakan, tahun ini kebutuhan kakao oleh industri bisa mencapai 500.000 ton. Kebutuhan ini meningkat dibandingkan tahun lalu yang berkisar 465.000 ton.

Ketua Umum AIKI Pieter Jasman mengatakan, meningkatkan kebutuhan kakao di Indonesia bukan karena adanya pembangunan pabrik baru. Namun dia berpendapat, kebutuhan atas kakao memang terus mengalami peningkatan setiap tahun.

“Kebutuhan kakao secara global memang terus tumbuh 2% sampai 4% per tahunnya. Apalagi belakang ini di Tiongkok, India dan Indonesia, mereka kebutuhan kakao meningkat,” kata Pieter kepada Kontan.co.id, pekan lalu (19/7).

Pieter pun berharap, produksi kakao sama seperti tahun lalu atau sekitar 260.000 ton. Saat ini, produksi kakao dalam negeri memang belum bisa memenuhi kebutuhan dalam negeri.

Sementara itu, tahun ini, AIKI memperkirakan impor kakao akan meningkat sekitar 10%-20% dibandingkan tahun lalu atau meningkat menjadi sekitar 249.000 - 271.000 ton.

Hingga Mei tahun ini, impor biji kakao meningkat sekitar 41% dari 79.792 ton pada Mei 2017 menjadi 112.712 ton. Sementara impor kakao olahan pun meningkat 10% secara yoy dari 12.338 ton menjadi 13.543 ton.

Ekspor biji kakao hingga Mei pun menunjukkan peningkatan sebesar 45% dari Mei tahun sebelumnya. Impor biji kakao meningkat dari 8.355 ton menjadi 12.116 ton. Sementara, ekspor kakao olahan meningkat 11% Mei ini dari 121.684 ton menjadi 136.444 ton.

“Ekspor biji kakao naik karena pada bulan Januari dan Februari tarif bea keluar (BK)-nya 0% dan setelah itu 5%. Tarif yang rendah ini pasti akan mendorong biji kakao diekspor. Untuk itu solusinya mestinya tarif BK dibuat flat 10% berapa pun harganya sama seperti tarif PPN,” tandas Pieter.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×