Reporter: RR Putri Werdiningsih | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Sempat tertunda satu tahun, PT Indonesia AirAsia tengah menyiapkan diri melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI). Kepastian ini datang dari sang pemilik maskapai ini, Tony Fernandes.
Di akun twitter milik Tony Fernandes, pebisnis asal Malaysia ini berkicau, "Kami dapat mengonfirmasikan bahwa AirAsia Indonesia dan Air-Asia Filipina segera IPO (initial public offering)," katanya, Senin (13/4).
Namun, perwakilan AirAsia Indonesia masih belum berbicara banyak. Audrey Progastama, Head of Corporate Secretary and Communication PT Indonesia AirAsia mengaku masih belum bisa memastikan kapan aksi korporasi ini bisa berjalan. Tapi ia memastikan persiapan menjadi perusahaan terbuka di tahun ini lebih matang ketimbang tahun lalu. "Nanti kalau sudah waktunya kami sampaikan," elak Audrey kepada KONTAN.
Menurut Satrio Utomo, Kepala Riset Universal Broker Indonesia, masuknya maskapai berbiaya murah ini ke lantai bursa bisa memberikan pilihan baru saham sektor transportasi udara. Soalnya, pilihannya terbatas pada Garuda Indonesia saja.
Apalagi indeks harga saham gabungan (IHSG) BEI menunjukan otot penguatan sejak awal tahun ini. Ini bisa menjadi suplemen bagi saham Indonesia AirAsia.
Tetapi ia mengingatkan insiden kecelakaan pesawat QZ 8501 yang terjadi akhir tahun lalu juga bisa menjadi salah satu sentimen negatif bagi rencana IPO tersebut. "Kalau dari IHSG mungkin bisa jualan tinggi tetapi kalau dari sentimen keuangannya bisa membuat harga jualnya wajar," jelas dia.
Meski begitu, Satrio memprediksi price earning ratio (PER) saham Indonesia AirAsia bakal tidak berbeda jauh dari Garuda Indonesia. Tercatat saat ini PER Garuda Indonesia berkisar 16,58.
Rencana IPO ini sendiri sebenarnya sudah bergulir sejak kepemimpinan Dharmadi, Direktur Utama Indonesia AirAsia sebelumnya. Bahkan ketika tongkat estafet kepemimpinan beralih ke Direktur Keuangan Sunu Widyatmoko, yang diberi mandat untuk menuntaskan rencana tersebut.
Namun tahun lalu, Sunu menganggap rencana IPO maskapai penerbangan ini belum pas di saat makro ekonomi Indonesia belum stabil.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News