Reporter: Nur Qolbi | Editor: Noverius Laoli
Director of Scientific Research BAT Dr. David O’Reilly mengatakan, pihaknya terus berkomunikasi dengan US Food and Drug Administration untuk meminta petunjuk mengenai langkah selanjutnya.
"Kami juga telah menjalin komunikasi dengan Departemen Kesehatan dan Sosial Inggris dan BARDA di Amerika Serikat untuk menawarkan bantuan kami dan memberikan akses atas penelitian kami untuk mempercepat pembuatan vaksin COVID-19," kata dia dalam keterangan tertulis, Rabu (1/4).
Menurut David, KBP telah mengeksplorasi penggunaan alternatif tanaman tembakau selama beberapa waktu terakhir. Salah satu penggunaan alternatif tersebut adalah pengembangan vaksin yang berbahan dasar tanaman.
Baca Juga: Pabrikan rokok kecil minta pabrikan rokok besar asing bayar cukai tinggi
Potensi vaksin yang sedang dikembangkan ini menggunakan teknologi BAT berupa tanaman tembakau yang cepat tumbuh. Teknologi tersebut memiliki beberapa keunggulan dibanding teknologi produksi vaksin konvensional.
Pertama, teknologi BAT lebih aman karena tanaman tembakau tidak dapat menyimpan patogen yang berpotensi menyebabkan penyakit pada manusia.
Kedua, teknologi tersebut lebih cepat karena elemen-elemen dari vaksin terakumulasi dalam tanaman tembakau hanya memakan waktu enam minggu dibanding metode-metode konvensional yang memakan waktu beberapa bulan.
Baca Juga: Jual 3.500 ton produk DIET, Bentoel Group (RMBA) meraup Rp 400 miliar
Ketiga, formulasi potensi vaksin yang sedang dikembangkan oleh KBP tetap stabil pada suhu kamar, tidak seperti pada vaksin konvensional yang sering kali harus memerlukan pendinginan dalam lemari es.
Keempat, teknologi tersebut memiliki potensi untuk memberikan respons imun yang efektif hanya dengan satu dosis tunggal.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News