Reporter: Benediktus Krisna Yogatama | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. PT Nipress Tbk ikut kebagian untung dari lonjakan penjualan penjualan low cost green car (LCGC) atawa mobil murah. Pesanan komponen lokal untuk proyek LCGC akan mengerek pangsa pasar produsen baterai untuk industri dan otomotif ini.
Tahun lalu, di segmen otomotif, pangsa pasar emiten berkode saham NIPS ini hanya 5%. Nah, kehadiran LCGC akan menaikkan pangsa pasar perusahaan ini menjadi 25%. "Di pasar LCGC, kami mendapatkan 70% market share," ujar Richard Tandiono, Direktur PT Nipress Tbk.
Makanya, tahun ini, Nipress optimistis kinerja bisa tumbuh sekitar 35% daripada tahun lalu. Meskipun angka realisasi penjualan tahun 2013 belum keluar, Richard menargetkan, Nipress bisa mengantongi pendapatan hingga Rp 1,28 triliun di tahun kuda kayu ini. Ini sejalan dengan data Gabungan Kendaraan Industri Bermotor (Gaikindo) yang meramalkan penjualan LCGC tahun ini naik 144% menjadi 125.000 unit dari tahun lalu.
Sama seperti pertumbuhan tahun ini, Richard bilang, pendapatan tahun lalu juga meningkat 35% dari tahun 2012. Merujuk laporan keuangan perusahaan, realisasi penjualan tahun 2012 sebesar Rp 702,72 miliar. Artinya, tahun lalu, pendapatan perusahaan mencapai Rp 948,67 miliar.
Menurut Richard, tahun ini, Nipress akan memanfaatkan pertumbuhan pasar otomotif, baik mobil ataupun motor. Selain pasar otomotif, Nipress juga mengambil peluang dari sektor industri. "Tahun mendatang, kebutuhan akan energi terbarukan semakin meningkat," kata Richard.
Sekedar informasi, Nipress menjual baterai motor sebesar Rp 80.000 sampai Rp 90.000 per unit. Sedangkan untuk harga jual baterai mobil dibanderol seharga Rp 350.000 per unit. Khusus untuk baterai industri, Nipress memasang harga sebesar Rp 1,5 juta.
Tak cuma menjual baterai di dalam negeri, Nipress juga mengekspor baterai motor dan mobil ke 70 negara di kawasan Afrika, Timur Tengah, Asia, Amerika Latin, dan Eropa. Salah satu negara di Asia yang cukup banyak mendapatkan pasokan baterai dari Nipress adalah India.
Namun, tahun ini, Nipress juga akan menggenjot pasar domestik, selain menggarap pasar ekspor. Selama ini, kontribusi penjualan ekspor sebesar 45%, sedangkan pasar domestik sekitar 55%. "Bukannya kami mengurangi, tapi pasar domestik lebih kencang," kata Richard.
Di 2012, porsi ekspor Nipress mencapai 70% sedangkan pasar domestik hanya 30%. Di tahun 2013, pasar domestik dan ekspor seimbang, yakni porsinya sama-sama 50%.
Belanja modal 2014
Melihat peluang di depan mata, Nipress gencar berekspansi. Saat ini, kapasitas produksi baterai sekitar 200.000 unit per tahun dengan tingkat utilisasi pabrik sampai tahun lalu sebesar 97%. Karena itu, perusahaan itu berencana membangun pabrik baterai baru di Cileungsi, Jawa Barat, untuk menambah kapasitas produksi.
Pembangunan pabrik baru ini diperkirakan akan menelan dana sekitar Rp 280 miliar. Pembangunan pabrik direncanakan mulai pada bulan April 2014 mendatang dan sedianya bakal rampung di semester II-2015. Pabrik baru ini juga akan mengerek kapasitas produksi terpasang Nipress menjadi 544.000 unit per tahun.
Adanya rencana ekspansi ini membuat Nipress harus menganggarkan belanja modal sebesar Rp 400 miliar di tahun 2014. Selain untuk bangun pabrik yang menghabiskan dana sekitar Rp 280 miliar, sekitar Rp 40 miliar lainnya akan digunakan untuk meningkatkan teknologi dan kegiatan perawatan rutin pabrik yang sudah ada. Sisanya sekitar Rp 80 miliar dipergunakan untuk modal kerja.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News