Reporter: Noverius Laoli | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Presiden Joko Widodo memberikan batas waktu kepada Menteri Pertanian (Mentan) Amran Sulaiman untuk mencapai swasembada beras dalam waktu tiga tahun ke depan. Namun Mentan optimis dapat mewujudkan swasembada pangan tersebut dalam waktu dua tahun saja.
Salah satu langkah yang dilakukan Mentan adalah merevitalisasi pabrik penggilingan padi skala kecil yang tersebar di seluruh Indonesia. Di mana penggilingan padi ini tidak lagi efisien dan menimbulkan banyak padi yang terbuang.
Amran mengatakan pemerintah telah menyiapkan dana sebesar Rp 600 miliar untuk merevitalisasi penggilingan beras. Anggaran tersebut termasuk yang terbesar sepanjang sejarah Indonesia, dimana pada tahun 2014, anggaran revitalisasi beras hanya Rp 41 miliar. Dengan dana sebesar itu, Kemtan menargetkan bisa merevitalisasi sebanyak 1.380 unit penggilingan beras. "Anggaran ini naik lebih dari 1000%," ujar Amran, Selasa (28/4).
Menurut Amran, pemerintah akan memperbaiki mesin-mesin penggilingan padi di tingkat petani dan kelompok tani. Dimana saat ini, sebagian besar mesin giling padi skala kecil milik petani sudah renta dan tidak efisien lagi dalam penggilingan. Ia bilang, kalau nanti program revitalisasi ini berhasil, maka Indonesia tidak usah lagi mengimpor beras. Amran menargetkan sepanjang tahun 2015 ini ada tambahan beras sebanyak 1 juta ton dan tahun depan naik menjadi 2 juta ton, dan dengan demikian, Indonesia sudah swasembada beras.
Selama ini, beber Amran, tingkat kehilangan hasi panen padi bisa mencapai 30% dari penggilingan. Akibatnya, produksi padi tidak efisien dan terbuang sia-sia. Hal itu terjadi karena banyak mesin penggilingan padi sudah uzur. Diharapkan dengan program revitalisasi mesin penggilingan padi, maka pasokan beras nasional ditargetkan bisa naik hingga 3,3 juta ton per tahun. Sebab tingkat kehilangan padi bisa ditekan bila mesin-mesin penggilingan sudah diperbaiki.
Ketua Umum Persatuan Penggilingan Padi dan Pengusaha Beras Indonesia (Perpadi) Sutarto Alimoeso menyambut baik kebijakan tersebut. Ia bilang Perpadi mendukung swasembada beras. Karena itu, upaya revitalisasi di sektor penggilingan merupakan sesuatu yang mutlak harus dilaksanakan. Pasalnya, produksi gabah yang tinggi setiap tahunnya terkikis ketika menjadi beras rata-rata hingga 3,3 juta ton beras atau senilai Rp 223 triliun per tahun.
Menurut Sutarto, revitalisasi penting karena pengusaha penggilingan beras didominasi oleh pengusaha kecil, mereka ini perlu dibantu agar menggunakan penggilingan yang lebih modern.
Berdasarkan sensus Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2012, baru 30% pengusahaan penggilingan beras se-Indonesia baru yang memenuhi kebutuhan penggilingan gabah nasional. Di mana, dari jumlah keseluruhan 182.199 unit, terdapat sebanyak 2.076 unit jenis penggilingan besar, 8.628 unit penggilingan gabah sedang dan sebanyak 171.495 unit atau 94,12% penggilingan berskala kecil. Penggilingan-penggilingan tersebut tersebar di pusat-pusat produksi beras.
Sutarto meminta agar pemerintah memperbaiki kebijakan terkiat pengiglingan padi seperti penertiban penggilingan padi dan pembagian kerja antara penggilingan besar dan kecil. Dengan begitu, penggilingan besar tidak terlalu mendominasi dan menekan usaha penggillingan kecil.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News